Bagian 8 : Part 1

77 7 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Karena luka yang cukup dalam dan tidak bisa cepat ditangani, Vicky akhirnya menyusul teman-teman yang lain. Pesan terakhirnya adalah agar yang tersisa bisa terus bertahan dan keluar untuk menyelamatkan semuanya. Kepergiannya semakin menambah kesedihan, bahkan Rizam dan Iyan yang cukup tegar selama ini sekarang begitu pilu. Ica yang merasa berhutang Budi begitu sulit membiarkan Vicky pergi. Harusnya itu tempatnya, harusnya dia yang tertusuk mati. Ada begitu banyak pertanyaan untuknya, termasuk mengapa Vicky menggantikan tempatnya? Apa untung yang dia dapatkan? Apa dia tidak tahu bahwa yang dia lakukan hanya meninggalkan rasa bersalah juga hutang yang tidak pernah bisa dibalas? Ica sangat marah dan kesal tapi dia juga sedih. Perasaannya benar-benar campur aduk sekarang.

Ketika tubuh Vicky dan Dini berniat dipindahkan, Ica menangis begitu keras menahan keduanya. Tidak terima serta belum puas untuk menangisi kepergian keduanya. Baginya apa yang telah terjadi sangat tidak adil, meminta dengan memohon untuk dia yang dijadikan korban selanjutnya. Tidak peduli dengan cara apapun dia akan mati. Sebab dia tidak akan bisa menahan atau melewati angkaian kejadian selanjutnya di tempat ini. Seluruh teman terdekatnya sudah pergi, itu artinya sudah tidak ada dorongan juga alasan baginya untuk tetap bertahan hidup ditempat bajingan ini.

Rasmi dan Eka mencekal Ica yang tentu memberontak histeris. Memberikan jalan untuk Rizam dan Iyan memindahkan keduanya ketempat yang lain berada. Tangisan Ica memenuhi seisi mansion, kesedihan pilunya seperti menggambarkan betapa jatuh dan rapuhnya dia saat ini. Dipelukan Rasmi, dia menangis begitu keras.

Liana, Lita dan Fica berdiri menangis tanpa suara, air mata mereka menetes dan segera diseka begitu membasahi pipi. Mencoba terlihat kuat dan tegar. Mereka tidak akan menyangka akan seperti ini kejadiannya. Sebelum mereka membongkar perbuatan Nuri, mereka sudah membuat rencana. Rencana membongkar perbuatan Nuri di hadapan orang-orang agar dia bisa dipenjara karena apa yang dia lakukan. Sayangnya, tidak ada yang mengira pisau itu akan muncul dan digunakan. Bahkan Ica atau Liana sekalipun.

Sekarang yang mereka dapatkan hanyalah korban lain juga rasa bersalah yang seperti gunung.

Tangisan Ica terhenti saat dia tiba-tiba tidak sadarkan diri. Rasmi, Eka, Lita dan Fica bergegas mengangkat dan membawanya ke kamar. Liana tetap di tempatnya, matanya lurus pada Rizam dan Iyan yang masih sibuk dengan tubuh Dini dan Vicky di sana. Setelah selesai, mereka berdua berdiri di depan ruangan yang tidak jauh dari ruang tamu. Berdiri di ambang pintu, berdiri di depan puluhan mayat teman-teman yang berjejer rapih di dalam sana. Wajah keduanya lesu juga sentimental. Seperti tubuh yang telah hilang harapan dan semangat.

"Sebenarnya seberapa berat dosa yang kita semua miliki," rengeknya sedih. Dia mengusap wajahnya frustasi. "Sampai kita semua mengalami semua kejadian ini?"

Rizam tidak merespon, yang dia tatap di depan adalah Dini dan Vicky. Kematian keduanya, murni karena drama asmaranya. Ini kesalahannya, salahnya yang membuat Nuri lepas kendali seperti itu. Jika saja, jika saja dia menyelesaikan masalah mereka baik-baik dan tidak lepas tanggung jawab mengikuti rasa egoisnya, mungkin ini semua tidak akan terjadi.

REUNI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang