Bagian 7 : Part 1

77 8 1
                                    

╔═══════════════╗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

╔═══════════════╗

Tidak mudah mempertahankan Moza Tech sebagai investor. Anda adalah Auditor yang kompeten. Setelah bebas, mungkin kami akan menjadikan Anda manajer keuangan perusahaan kami.

Bagaimana jika Anda membunuh teman-teman Anda sebagai tiket untuk keluar?

╚═══════════════╝


Seperti itu bunyi dari surat yang Ria terima. Itu surat dengan kertas biasa polos bersama segel lilin bercetak huruf m kapital. Tulisan rapih dengan gaya kursif indah. Tapi ini sudah persis seperti surat ancaman dan tantangan. Siapapun yang mengirim ini, satu pertanyaan dari semuanya. Apa dia mengganggap semua ini adalah candaan? Memerintahkan untuk membunuh teman demi bebas dari mansion?

Apa si pengirim sudah gila?

Setelah mendengar kabar apa yang terjadi tadi malam di kamar Liana. Semua orang terkejut tidak percaya. Karena yang mereka tahu Ria adalah gadis baik. Selama yang mereka kenal, dia adalah gadis yang siap melakukan apapun untuk teman-temannya. Membantu tanpa pamrih dan orang yang cukup sabar. Bahkan mereka tidak akan berpikir Ria bisa melakukan hal itu. Karena saat dia membuat seseorang terluka karenanya. Dia akan terus merasa bersalah dan meminta maaf bahkan sampai seminggu lamanya walaupun itu sudah dimaafkan.

Serius, Ria adalah gadis paling baik dari semua teman kelas.

Tapi kini dia meringkuk di dalam penjara bersama Hidup dan Juhen sebagai pembunuh dua temannya. Sudah setengah hari berjalan sejak dia di dalam sana, dia hanya memeluk kedua lututnya. Tangisannya tidak berhenti setelah kematian Fisya dan Amel, bibir gemetarnya terus bergumam meminta maaf. Di dalam, Juhen tidur begitu nyenyak dekat pintu. Hidup hanya menunjukan punggungnya dan menolak untuk bicara pada siapapun. Dan Ria masih menangis. Jika di lihat mereka sudah seperti orang gangguan jiwa

Lita di luar penjara melihat itu sedih. Dia menghindar, tidak kuat melihat keadaannya di sana. "Keadaan semakin buruk!" Katanya.

Liana berada tidak jauh dari sana menghela napas dongkol. "Apa masih ada pengkhianat di antara kita?"

Iyan mengeleng, setelah puas dia memberikan surat itu pada Vicky yang sejak awal penasaran isi di dalamnya. "Tulisan itu jelas diketik. Siapapun diantara kita tidak ada yang membawa laptop apa lagi sebuah printer. Ini ulah orang lain,"

Vikcy menganguk setuju, mengembalikan kertas itu pada Liana. "Iya, itu masuk akal."

"Apa itu dari Pak Bima?" kata Fica. "Ria bilang Moza Tech adalah salah satu investor perusahan tempatnya kerja. Tapi bagaimana dia bisa mengirimkan surat itu ke tasnya?"

Liana berdecak, dia geram bukan main. "Cuman dua hal yang bisa terjadi. Surat itu sejak lama sudah ada di sana. Atau memang salah satu dari kita berkhianat selama ini yang meletakannya,"

REUNI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang