"Kenapa sejak ada Liona, lo dan ibu negara jadi sering ribut?" Devan melirik Alva tajam, saat ini mereka berdua tengah berjalan menuju tempat parkir untuk segera pulang. "Gue males ribut, itu masalah gue dan Kara."
"Tunggu!!"
Mereka terperanjat saat tiba-tiba ada yang merangkul dari arah belakang,
"Ngagetin aja lo Za!"
"Gila lo Va, kenapa gak bangunin gue?! Main tinggal seenak jidat aja!" kedua cowok itu tak peduli.Mata Devan tertuju pada Kara yang tengah berjalan santai, ketempat yang sama denganya. Ia bergegas menghampiri ceweknya.
"Kara?"
"Ngapain lagi? Mo ribut lagi?"
Devan menangkup pipi ceweknya lalu menarik hidung mancung Kara,
"Marah?" hanya anggukan kecil sebagai jawaban.
"Maaf..""Kenapa lo belain Liona? Kenapa lo nolongin dia, sedangkan-"
"Hust.. kita pulang." Devan meletakan jarinya didepan bibir Kara, Alva dan Reza yang melihat itu tersenyum jahil.
"Cie!!"
"Ibu negara sama Ketua!!"
Devan tak menggubris, ia memakaikan jaketnya pada Kara lalu menarik cewek itu untuk naik keatas motor sportnya. Tak hanya itu Devan meraih tangan Kara agar melingkar sempurna di pinggangnya, lalu Devan melajukan motornya diikuti Alva dan Reza.
"Jangan berubah ya Ka," cewek itu menyandarkan kepalanya di punggung kekasihnya, "Lo yang berubah, bukan gue."
"Hanya lo yang gue punya disaat dunia memainkan peran kejamnya," batin Kara sembari mengusap jemari Devan. Namun tiba-tiba Devan menghentikan motornya didepan halte bus.
"Ada apa, kenapa berhenti?" heran Alva.
"Turun!" tegas Devan pada Kara, cewek itu turun dengan mata membulat sempurna, "Kenapa Dev?"
Devan menghampiri cewek yang duduk di halte, "Ka, lepasin jaketnya." Kara melepas jaket itu dengan raut kecewa jelas tercetak di wajahnya.
"Lo pulang sama Alva. Liona sama gue."
"Lo sebenarnya mau apa sih Dev!!"
"Liona lagi sakit!"
Saat cewek itu hendak naik keatas motor Devan, Kara segera menariknya paksa,
"Fuck!! Gak bisa!! Turun lo!!"
"Baby Dev hiks.. hiks.. sakit..""Lo mau rebut Devan huh!!"
"Kara cukup! Lo kekanakan!!"
"Lo gak punya hati Dev!!" teriak Kara dengan tangan terkepal.
"Lo pulang sama Alva."
"Gue gak mau! Lo tadi yang ngajakin gue pulang!!""Terserah gue gak peduli!" Kara menatap nanar motor yang melaju meninggalkan-nya.
"Devan!!!"
~24 Day~
Devan memejam sembari sesekali menepuk tubuh anak kecil yang tengah menidurkan diri di perutnya, senyum melengkung terbit di bibirnya saat anak itu menatapnya. "Kakak kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
24 Day [On Going]
Teen Fiction⚠️17+ Mengandung Kekerasan ⚠️Don't Plagiat kena pasal ketar ketir ⚠️😇 ⚠️Dengan Follow, Vote, Komen, Share kalian sebagai Readers ngehargain gue sebagai penulis ©De_Ria2023 《~~~○●○●○●○●○●~~~》 "Tentang Rasa yang menjadi Asa." lirih Kara sembari menu...