⚠️~8~⚠️

153 30 42
                                    

"Kak Kara lagi marah sama Kak Devan?" Kara menangkup wajah Aleta dengan gemas, lalu melirik ke arah Devan singkat. Aleta hanya tersenyum simpul.

"Kenapa mirip Devan," lirih Kara saat melihat senyum simpul Aleta yang menggemaskan.

"Enggak. Kita main yuk diluar." Kara meraih tangan Aleta dan membawanya berjalan pergi. Melihat itu Devan hanya menghela nafas berat.

"Masih marah sama ibu negara?" tanya Dafa, Devan hanya diam saja.

"Ayolah Dev, sampai kapan lo mau diam?" goda Arga sembari melemparkan kulit kacang.

"Malam bantu aku.. tuk luluhkan dia.."

"Bintang bantu aku.. tuk tenangkan dia.."

Tiba-tiba saja Jojo menyanyikan lagu 'Semata Karenamu' dengan diiringi petikan gitarnya. Jojo, satu-satunya anak Black Devil yang sangat hobi bermain gitar, bahkan bascame banyak tergantung koleksi gitar cowok itu.

"Dari rasa-"

Jojo seketika berhanti saat tatapan tajam dan mematikan dari mata Devan tersorot kearahnya.
"Santai Dev, gue cuman nyanyi."

Devan menarik nafas dalam, tanganya tergerak merogoh surat yang ada di sakunya lalu memberikanya ke Alva. "Gue besok izin ada kepentingan."

"Mau kemana lo?" heran Alva.

"Ke sekolah Aleta." jawabnya dingin.

"Cie!!! Calon suami idamannya Kara!!!" teriak Reza.

Plak!

"Goblok!! Baru datang bikin orang jantungan!!!" Reza mengusap kepalanya yang dipukul oleh Alva dengan keras.

"Sorry guys. Nih roti buat kalian."

"Tau aja gue lagi laper." Dafa langsung menyambar roti itu, diikuti oleh yang lain. "Tadi dijalan gue ketemu Davit, katanya mau serang Bintang."

"Biar mereka datang," jawab Devan santai, cowok itu memejamkan matanya singkat. Kepalanya terasa ingin pecah.

Tiba-tiba saja gemuruh motor sport terdengar sangat keras menuju arah bascame.

"Mereka datang," sinis Reza.

"Roti.. sepertinta acara gue makan lo harus di undur," kecewa Dafa.

"Gue udah panas dari rumah." Jojo meletakkan gitarnya lalu mereka semua keluar mengikuti Devan. Cowok itu menghampiri Kara dan Aleta yang masih bermain di taman bascame Bintang.

"Kara sini." dengan malas Kara melangkah menghampiri Devan dengam diikuti oleh Aleta.

"Kalian masuk. Jangam keluar sebelum gue samperin."

"Kakak ada apa?" Devan mengusap rambut Aleta lalu mengecup pipinya. "Sebentar ya sayang, ikut Kak Kara dulu."

"Kakak, Leta takut."

Kara dengan segera meraih tubuh kecil Aleta, membawanya ke gendonganya. Devan tersenyum tipis lalu mengecup pipi dua orang yang ia sayang secara bergantian.

"Dev..." tangan cowok itu tergerak mengusap luka lebam di pipi Kara. "Gue sayang sama kalian."

~24 Day~

"Lo harus mati Devano bangsat!!"

Brak!!

Devan terkekeh pelan saat tendangan dari Davit ketua Black Moon tepat mengenai ulu hatinya, meski terasa sakit tapi ia mengabaikan.

24 Day [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang