⚠️~17~⚠️

128 12 15
                                    

Happy Reading

Jangan lupa
Vote
Komen
Share
Tandai Typo
Tinggalkan jejak membaca

Rixoxo


Liona berdecak sebal saat matanya menangkap pemandangan pesan yang tak satupun mendapat balasan dari seorang cowok bernama Devano Anggara, hal itu benar-benar menghancurkan suasana hatinya.

"Arghhh! Percuma gue dandan cantik gini kalau Devan gak akan datang!" Liona melempar ponselnya asal lalu membaringkan diri disalah satu gazebo yang berada di tepi pantai.

Keinginannya untuk bersama Devan tidak akan pernah terwujud karena cowok itu tak kunjung membaca pesan spam yang sudah ia kirim sejak tadi. "Apa istimewanya sih cewek bernama Kara itu! Masih cantik kan gue!"

"Gue bisa bantuin lo."

Liona terperanjat saat mendengar suara berat seorang cowok dari arah belakangnya, dengan segera ia bangkit dan menatap sosok cowok berjaket hitam dengan logo bulan merah yang saat ini tersenyum sinis ke arahnya. "Lo si-siapa?"

Tanpa ragu cowok itu mengulurkan tangan seraya berkata, "Gue ketua Black Moon dan gue bisa bantu lo supaya dekat dengan Devan. Dengan syarat lo ikutin semua kemauan gue," tekannya.

Dengan mata berbinar Liona menyanggupi perkataan cowok misterius itu, apapun akan ia lakukan asalkan Devan menjadi miliknya seutuhnya.

Sementara cowok itu hanya memandang remeh ke arah Liona, dalam hati ia tersenyum senang karena kebodohan cewek itu.

"Kapan gue bisa mulai?"

"Tunggu perintah gue." Liona mengangguk penuh semangat, setelahnya cowok itu pergi.

Seringai mematikan terukir jelas di bibirnya saat mendengar perkataan gadis bodoh itu yang terdengar antusias hanya karena menginginkan Devan.

"Dengan memanfaatkan cewek bodoh itu gue bisa habisi Devano dan hancurin Black Devil. Devan? Huh... jangan mimpi."

~24 Day~

Pagi ini di dalam kamarnya Devan hanya melamun dengan manik hitam terkunci pada foto Kara yang berada di depannya, dengan gerakan lemah tangan Devan terulur untuk mengusap foto itu pelan seiring desir sakit yang tiba-tiba terasa menusuk hatinya.

"Maaf jika aku tidak pernah membuatmu bahagia."

Devan terdiam beberapa saat hingga pada akhirnya ia memilih menelungkupkan kepalanya di atas meja belajar, jujur ia begitu pusing memikirkan keadaan yang semakin berat membebaninya.

Belum lagi ulah Liona yang selalu membuat hubunganya dan Kara kian bercelah. Tangan Devan tergerak untuk membuka ponselnya, memastikan jika pesanya sudah terkirim.

Pesan memang terkirim tapi sepertinya Kara enggan memberikan respon apapun. "Gue harus apa?" lirihnya putus asa. Tak ingin semakin ribut dengan pemikirannya Devan memutuskan untuk bangkit, tak lupa membawa serta tasnya.

Lebih baik ia segera berangkat ke sekolah sekaligus berharap jika mendapatkan kesempatan bertemu Kara, untuk sekedar meminta maaf dan memberi penjelasan. Itu pun kalau Kara masih ingin mendengarkannya.

Sesampainya di sekolah harapan Devan kembali hancur disaat Liona datang dan terus mengekornya kemanapun ia melangkah, belum lagi tatapan aneh para murid membuatnya risih.

"Sayang kemarin kenapa nggak balas chat ku?" tanya Liona menja seraya mencoba mendudukkan diri di pangkuan cowok itu, tapi Devan terlebih dahulu mendorongnya sampai terjungkal. "Jangan sentuh gue!"

24 Day [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang