"Kenapa lo jemput Kara!! Padahal gue diasana!!" teriak Liona penuh penekanan. Sedari tadi cewek itu terus mengekor Devan sembari berteriak.
"Kenapa?!""Karena Kara kesayangan gue!! Mau apa lo?!!" bentak Devan tak kalah keras seketika membungkam Liona.
Sorot tajam dengan manik hitam itu melayangkan tatapan membunuh.
"Devan!! Kalau lo macam-macam, Kara habis ditangan gue." sebal Liona. Hanya senyum tipis sebagai jawabanya. "Gue akan lindungin Kara."
"Kenapa selalu Kara? Lo suapin dia makan!! Kenapa lo kasih jepit rambut itu?!! Harusnya milik gue!!" teriak Liona membuat para siswa menatap horror kearahnya.
"Devan ingan perjanjian itu! Atau-" suara Liona tertahan kala Devan melangkah menghampirinya dengan seringai mengerikan, membuat Liona semakin tersudut ke dinding.
Cowok itu mendekatkan wajahnya ke telinga Liona, "Denger.. gue gak peduli perjanjian bodoh itu. Kalau sampai orang yang gue sayang terluka, nyawa lo sebagai gantinya."
Tubuh Liona gemetar ketakutan, ucapan Devan penuh penekanan di setiap kata. Setelahnya hanya punggung tegap cowok yang perlahan menjau yang dapat Liona lihat.
"Kalau gue gak bisa milikin Devan, maka Kara juga gak boleh..." ucap Liona sembari mengusap wajahnya kasar. "Gue akan dapatin lo bagaimanapun caranya, gue akan cari kelemahan lo."
"Apapun milik Kara harus jadi milik gue."
~24 Day~
"Kakak.. Leta kangen, cepat pulang ya.."
Devan sesekali tersenyun saat mendengar suara Aleta yang sangat menggemaskan dari sebrang telfon.
"Iya sayang, Kakak akan segera pulang."Sahabat Devan hanya tertawa kecil. Ternyata cowok dingin dan sadis yang terkenal tanpa ampun itu, akan luluh pada Aleta, adik kandungnya.
"Seketika Devan berubah.." ucap Reza santai.
"Jadi kucing kecil yang manis." tambah Alva sembari merangkul Devan, dan disambut gelak tawa yang lain.
"King Black Devil jadi kucing karena Aleta.. hahahaha..." Devan memutar bola mata sembari menatap Arga malas.
"Rumah ya rumah, gak ada hubungan dengan Black Devil." suara tegas Devan menghentikan tawa mereka.
Sepanjang koridor para siswi menatap kagum Devan dan lima sahabatnya yang berjalan beriringan. Bagaimana tidak Devan yang tampan dengan kulit putih, hidung mancung, sorot mata tajam, manik mata hitam, serta tubuh tinggi tegapnya membuat para siswi tergila-gila.
Selain itu Devan termasuk jajaran murid tampan dan pintar di SMA Angkasa. Siapa pun pasti mau dengan dia.
"Jangan teriak, ibu negara disana," Reza menunjuk seorang cewek yang berdiri di ujung koridor.
Byur!
Kara memejam saat seember air pel mengguyur tubuhnya, membuat baju seragamnya kotor. Dengan kasar Kara mengusap wajahnya.
"Bangsat!!""Lo pantas dapat air pel!! Devan milik gue!!" sontak setelah mengatakan hal itu Liona jatuh tersungkur, setelah pukulan keras dari Kara melayang di wajahnya.
"Awsh.. sakit.."
"Sini lo!!" Kara mengambil ember tadi dan melemparkan ke wajah Liona. "Lo yang mirip pel!! Lo sampah yang dipungut Papa gue!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
24 Day [On Going]
Teen Fiction⚠️17+ Mengandung Kekerasan ⚠️Don't Plagiat kena pasal ketar ketir ⚠️😇 ⚠️Dengan Follow, Vote, Komen, Share kalian sebagai Readers ngehargain gue sebagai penulis ©De_Ria2023 《~~~○●○●○●○●○●~~~》 "Tentang Rasa yang menjadi Asa." lirih Kara sembari menu...