Angel itu keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar setelah selesai mencuci wajah dan sikat gigi.
Pagi ini Justin akan kembali bekerja sehingga memudahkan Angel dan Tiara melakukan pekerjaannya. Tadi malam pun Angel sudah membereskan semua pakaiannya agar setelah Justin berangkat kerja, ia tinggal memasukkan pakaian-pakaiannya kedalam koper saja.
"Maaf ya Justin." Batin Angel. Lagian dengan cara ini, Justin tidak perlu lagi bekerja keras mencari uang. Ia akan kembali ke kehidupan mewahnya nanti bila Angel sudah menggugurkan kandungannya.
"Maaf ya adek bayi, kamu belum waktunya lahir karna keadaan aku sama Justin lagi berantakan. Aku juga belum siap jadi ibu. Maaf ya." Angel mengusap perutnya dengan mata yang memanas.
Ia duduk di kursi meja makan sebentar untuk menghilangkan rasa bersalah di hati. Setelah sedikit tenang, Angel kembali berdiri dan berjalan menuju kamar.
"Justin, kamu gak kerja?" Tanyanya ketika baru membukakan pintu.
Seketika bola mata gadis itu membulat sempurna saat melihat tubuh jangkung Justin yang bersandar pada lemari pakaian dengan sebelah tangan yang asik memegang sebuah handphone yang sudah disembunyikan Angel. Mata tajam lelaki itu terlihat lincah membaca dan mengetikkan sesuatu.
Bodohnya lagi, Angel tadi malam tidak mengunci layar handphone itu sehingga Justin dengan gampang membaca wa.
"Kenapa sayang?" Akhirnya Justin buka suara. Ia mematikan handphone dan kini menatap tak terbaca ke arah Angel.
"Balikin, itu handphone aku." Angel bergerak cepat hendak meraih benda pipih tersebut tetapi Justin lebih dulu mengangkat handphone itu tinggi-tinggi.
"Takut chatnya terbongkar ya?" Tanya Justin dengan nada berbeda.
"BALIKIN HANDPHONE AKU." teriak Angel, air matanya mulai turun karena takut kepada suaminya dan takut rencananya gagal.
Tatapan Justin kini sudah seperti tatapan iblis yang haus darah. Ia menarik dagu sang istri dengan lembut dan mendekatkan wajah mereka. "Udah mulai berani naikin suaranya ya?"
"Hem?" Justin mengusap sensual leher Angel dan tiba-tiba mencekiknya dengan cukup kuat membuat perempuan itu meringis kesakitan berusaha untuk melepaskan tangan Justin dari lehernya.
"Sejak kapan Lo punya niat buat aborsi?" Tanya Justin meski tau Angel kesulitan menjawab.
"Dan sejak kapan Lo bersekongkol sama nyokap Lo itu?"
Suara dering ponsel mengalihkan perhatian mereka.
Justin melepaskan tangannya dari leher Angel dan kini fokus kepada ponsel, sementara Angel berusaha meraup udara sebanyak mungkin sambil terbatuk-batuk.
Mamah
Angel
Mamah lg nunggu di depan rumah.
Justin belum berangkat kerja ya?Sudut bibir Justin terangkat, kemudian ia mengetikkan balasan.
Udah mah.
Mamah masuk aja kesini.Tapi mobil Justin masih terparkir di depan rumah kalian.
Justin tadi naik gojek.
Mobilnya rusak, mending mamah buruan aja masuk ke rumah, ntar keburu diliat tetangga.Oke nak.
Setelah selesai main drama melalui handphone, Justin kini kembali menatap Angel yang sepertinya trauma. Terlihat kini wanita itu bergetar seraya terisak di atas kasur.