tok tok tok
Suara ketukan pintu membangunkan wanita yang sedang tertidur itu. Angel menguap seraya membuka mata dan melihat jam dinding yang menunjukkan pukul setengah tiga siang. Ia menggerutu seraya turun dari kasur dan langsung membuka kan pintu tanpa terlebih dahulu mengintip dari jendela.
"Apa?" Tanyanya masih setengah sadar.
"Angel."
"Buset." Seketika kesadaran Angel terkumpul saat melihat dua orang di depannya.
"Mamah, om Manuel?" Angel melongo akan hal itu.
"Angel, bisa kita bicara di dalam nak?" Tanya Manuel dan diangguki Angel dengan wajah sedikit malas.
Mereka bertiga masuk kedalam rumah dan duduk di sofa. Angel tersenyum canggung dan merasa sedikit khawatir karena kehadiran dua manusia itu, apalagi Tiara dan Manuel saling melirik penuh arti.
Tiara berdehem sejenak seraya menyentuh telapak tangan putrinya. "Kita berdua udah mutusin yang terbaik buat kamu."
"Mutusin apa?" Tanya Angel bingung.
"Sayang, mamah sama om Manuel udah pikir matang-matang buat bawa kamu jauh dari Justin."
Angel berdecak sambil menepis tangan Tiara, tatapannya berubah menjadi tidak suka.
"Hidup bersama Justin adalah musibah untuk mu, Angel." Kini terdengar suara Manuel.
"Dia adalah anak tempramental yang bisa membunuh mu perlahan. Bahkan sepertinya dirimu sudah tau mengapa Justin melakukan semua ini, yang pasti jawabannya adalah untuk menghancurkan mu dan masa depan mu." Ujar Manuel.
Angel mengalihkan pandangan ke arah lain dengan hati yang berusaha menampik hal itu meskipun sangat sulit sebab ucapan barusan adalah kenyataan.
"Tapi dengan begitu bodoh, kau malah menganggap semua ini adalah anugerah." Ucapan Manuel cukup menusuk.
Wanita tersebut menghela nafas sabar, ia melirik sinis ke arah Manuel. "Biarin saya jalani kehidu_"
"Seumur hidup itu terlalu lama." Potong Manuel.
"Bahkan sangat lama, kau yakin sanggup menghadapi sifatnya? Sanggup mengalah terus-menerus?"
"Mengubah sifatnya saja suatu hal yang mustahil."
Angel terlalu sibuk melamun memikirkan perkataan Manuel sampai tidak sadar bahwa Tiara sudah mengeluarkan sapu tangan yang dioleskan bius. Tidak ada gerakan lambat, Tiara dengan cepat langsung membekap hidung dan mulut putrinya dengan bius.
Hal itu membuat Angel terkejut, ia berusaha memberontak tetapi tangannya ditahan oleh Manuel. Perlahan seluruh tubuh Angel menjadi lemas seakan tidak memiliki tulang. Ia terjatuh tak berdaya di atas sofa, pandangannya kabur tapi ia masih berusaha merekam apa yang terjadi.
Tiara dan Manuel keluar rumah dan tak lama mereka kembali masuk ke rumah. Tubuh Angel diangkat tetapi wanita itu tidak bisa berteriak dan meronta, ia hanya melihat semuanya dengan pandangan kabur.
Terlihat buk Kinan sudah menunggu di teras rumah, dan Tiara mengeluarkan amplop yang mungkin berisi uang sehingga membuktikan buk Kinan dan Tiara juga Manuel sudah bersekongkol.
"Justin..." Lirih Angel di dalam hati. Ia tau akan dibawa kemana, dan ia tidak ingin calon bayinya dibunuh.
Cairan bening mengalir dari sudut mata wanita itu. Ia terbaring lemah di dalam mobil, bahkan ia melihat senyum kepuasan di bibir ibu kandungnya sendiri.
Perlahan mobil mulai melaju dari pekarangan rumah, Tiara menunduk mengusap rambut Angel dengan tatapan kemenangan.
"Ini yang terbaik buat kamu." Suara Tiara terdengar berdengung di telinga Angel.