Suara tangisan ditengah malam terdengar memenuhi kamar yang cukup sempit itu.
Seorang perempuan remaja terisak seraya menyembunyikan wajah pada kedua tangannya membuat sosok laki-laki yang tidur di sampingnya terusik.
Wanita itu bermimpi cukup seram, ibunya meninggal akibat bunuh diri tepat di depan matanya. Meskipun itu semua cuman mimpi tetapi tetap saja membuatnya ketakutan sebab mimpi itu terasa nyata.
Justin mengerang seraya membuka mata, lelaki bertelanjang dada itu menaikkan setengah badannya dengan bertumpu pada kedua sikunya. Ia menatap jengah ke arah istrinya yang kembali menangis secara tiba-tiba.
"Angel..." Panggil Justin dengan nada serak.
Perempuan yang dipanggil Angel itu membuka matanya yang sembab lalu menatap suaminya.
"Kenapa lagi sih? HAH?" Justin bertanya seraya menaikkan nada suaranya.
Kini Angel menundukkan kepala tetapi ditemani sesenggukan.
"KENAPA?" Bentak Justin semakin emosi, apalagi jam masih menunjukkan pukul setengah satu dini hari.
"Aku lagi hamil, gak boleh dibentak." Ujar Angel dengan lirih nyaris tak terdengar.
"Makanya jangan buat gue emosi, nangis mulu tanpa alasan." Balas Justin masih dengan emosi.
Emosi Justin menular pada Angel membuat wanita hamil itu melemparkan bantal ke arah sang suami meskipun dengan mudah ditangkis.
Kemudian Angel menatap Justin selama lima belas detik lalu tiba-tiba mendekat dan masuk kedalam pelukan hangat lelaki tersebut. Ia rasa dengan memeluk suaminya, mimpi seram barusan tidak berani lagi datang mengganggu.
Justin berdecak seraya memutar bola mata jengkel. Mood wanita hamil ternyata gampang berubah-ubah. Justin kembali membaringkan tubuh dengan satu tangan yang mengelus rambut sang istri dan tangan satu lagi menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka sebatas pinggang.
"Punggung aku harus dielus, biar aku bisa tidur." Pinta Angel.
Justin langsung menuruti sebab ia hanya ingin secepatnya istirahat tanpa rengekan, tangisan, atau apapun itu yang membuat jengkel.
Angel mendongak menatap wajah Justin lalu berkedip polos sebanyak tiga kali.
"Apa?" Tanya Justin tidak minat.
"Cium aku." Pinta Angel lagi.
Tanpa banyak pikir, Justin segera mengecup sekilas bibir wanita itu membuat Angel tersenyum senang. Kemudian ia semakin merapatkan posisi mereka dan mulai menutup mata seraya meresapi usapan tangan kekar Justin di punggungnya.
Sudut bibir Justin terangkat, ia tak habis pikir dengan tingkah cewek yang berada di pelukannya tersebut. Entah mengapa Angel tidak takut lagi kepadanya semenjak dia diketahui hamil.
Kisah yang panjang, antara Justin dan Angel. Untuk menghindari pernikahan sang ayah dengan wanita lain, Justin nekat menghamili putri dari wanita yang hampir dinikahi ayahnya.
Ya, tujuan awal ingin menggagalkan pernikahan sang ayah dengan wanita lain tapi malah membuat Justin menikahi gadis lain.
Sungguh lucu tapi setidaknya Justin menepati janji kepada almarhum ibunya.
Meskipun kehidupan mewah Justin harus berputra drastis dimulai dari tinggal di rumah mewah kini tinggal di rumah kontrakan kecil. Bahkan ia harus menghemat uang bulanan yang dikirim ayahnya yang hanya mencukupi biaya kuliah dan makan sehari-hari saja.
Untuk biaya kebutuhan dan persalinan istrinya nanti, Justin harus bekerja di sebuah bengkel untuk menambah tabungan persiapan persalinan Angel nanti.
Oke, tidak apa-apa. Justin sudah bilang bahwa yang terpenting adalah janji kepada almarhum ibunya terwujud sekaligus balas dendam terhadap kematian ibunya.