3

233 29 0
                                    

"aku tak tahu apa yang terjadi...
Yang aku tahu saat aku terbangun, aku hanya diminta tinggal dengan keluarga ini. Keluarga yang dimana seorang wanita seakan berusaha keras membuat tittle mama, seorang pria yang protektif dengan tiga orang putra mereka yang menakutkan.

Aku takut, selalu takut melihat mereka. Bahkan aku takut melihat mereka yang harus aku panggil papa dan mama, entah kenapa.

Kata dokter, aku mengalami amnesia dan ingatanku akan kembali segera. Tapi ini sudah sebelas tahun, dan aku bahkan tak bisa mengingat kapan,kenapa, aku bisa ada ditempat yang terasa asing ini..."











Lia menghentikan pergerakan pulpen di tangannya dan menghela nafas panjang. Bunyi jam lemari besar yang ada di ruang tengah rumah itu berbunyi menandakan hari telah berganti. Lia memasukkan bukunya kedalam laci sebelum akhirnya mengambil dua tas beda ukuran dan berjalan keluar kamar tanpa alas kaki .






 Lia memasukkan bukunya kedalam laci sebelum akhirnya mengambil dua tas beda ukuran dan berjalan keluar kamar tanpa alas kaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lia dress







Jubah baju tidurnya mekar seiring dengan langkah kakinya yang menuruni tangga dengan agak berjingkrak cepat, di tengah rumah yang sepi dan gelap, Lia berjalan menuju taman belakang.




Jubah baju tidurnya mekar seiring dengan langkah kakinya yang menuruni tangga dengan agak berjingkrak cepat, di tengah rumah yang sepi dan gelap, Lia berjalan menuju taman belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Langkahnya terhenti ketika telah sampai di gazebo sudut taman. Dimana setiap tanggal dan bulan yang sama, ia akan berada disana. Tepat tengah malam setelah pergantian hari. Gazebo itu adalah titik terjauh dari bangunan utama, jadi Lia bisa lebih bebas disana.




Diletakkannya tas yang ia bawa tadi di lantai lalu membuka kedua resleting tasnyanya dan nampaklah sebuah violin dan sepatu balet berwana putih miliknya.




Senyum tipisnya terulas dan segera ia memakai sepatu baletnya lalu bangkit sambil memegang violinnya. Memposisikan diri dan juga biolanya sambil menarik nafas dalam dengan mata terpejam.












Seiring berjalannya alunan violin dari permainannya, perlahan juga kaki Lia bergerak menari perlahan mengikuti musik yang diciptakan tangan dan hatinya. Mengingat kembali kilasan memori seorang wanita asing yang tengah memainkan alat dan lagu yang sama dengan senyumnya.





Kesepian yang ia rasakan di hari dimana ia terbangun sekaligus hari dimana kata orang adalah tanggal kelahirannya. Seperti menjadi awal kisah baru yang bahkan kisah lamanya pun tak ia ingat sama sekali.








Semakin lantang suara violinnya, semakin Lia tak bisa lagi menahan air matanya. Rindunya benar-benar sangat besar entah untuk siapa dan mengapa.








Gerakan kakinya menari semakin cepat menerbangkan Surai dan gaun tidurnya. Seperti seorang bidadari di tengah malam hingga angin pun seakan tak bisa mengiringi kecepatannya, sampai akhirnya nada itu memelan dan berakhir bersamaan dengan tubuhnya yang jatuh ke lantai dengan gemetar tubuhnya.








Isakan tanpa suara itu sungguh Napak memilukan. Orang mungkin bisa berkata 'aku mengerti perasaanmu' atau 'aku tahu bagaimana perasaanmu'. Tapi nyatanya hanya dia dan cuma dia yang mengerti bagaimana rasa sakitnya.









"Rindu..."































Dari jauh, pemilik sepasang mata elang yang sejak tadi mengawasi pergerakannya bersama dua pengawalnya memandang tanpa ekspresi yang bisa diartikan. Dengan tangan terlipat di depan dada, seakan menjadi penonton bayangan kesedihan sang gadis.











"Menyakitkan..."



















.
.
.













Scars (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang