Lia keluar dari bilik toilet lalu menuju wastafel untuk mencuci tangannya. Saat mendengar suara pintu bilik lain, Lia mengangkat wajahnya dan matanya menatap horor pada tiga gadis yang menampilkan senyum smirknya dibelakang Lia.
Lia hendak pergi, namun kakinya terasa kaku dan sedetik kemudian rambutnya ditarik kebelakang membuat Lia meringis menahan sakit.
"Lepas..." Ucapnya tanpa suara yang malah ditertawai dan diledeki oleh gadis lainnya.
"Lo tadi sok banget ya?! Dimintain jawaban aja pelit banget!" Bentak gadis yang menjambak rambut Lia. Lia menggeleng pelan dengan air mata yang mulai menetes. Sungguh rambutnya terasa sangat sakit dan mungkin akan ada yang rontok rasanya.
"Maaf..."
"Maaf kata Lo?! Basi tau gak! Dasar bisu!"
Gadis itu mendorong tubuh Lia ke arah tembok sudut hingga kepala Lia terbentur cukup kencang lalu ketiganya meninggalkan Lia begitu saja.
Lia menahan sakit kepalanya yang luar biasa pusingnya. Bahkan tubuhnya terasa gemetar dan lemas. Dirasanya dari keningnya cairan kental mengalir ke belakang telinga yang membuatnya makin takut pada kondisinya sendiri.
Sebisa mungkin Lia mengeluarkan ponselnya dan memvideo call seseorang. Dering pertama, panggilannya langsung diterima.
"Ada ap—"
Ucapan diseberang terpotong saat alisnya berkerut melihat ekspresi kesakitan Lia.
"Toilet..." Ucap Lia tanpa suara diakhir sebelum tenaga dan kesadarannya hilang hingga ponselnya jatuh ke lantai begitu saja.
Di lain sisi, Jeno yang tengah duduk di kantin langsung bangkit dan berlari meninggalkan teman-temannya yang kebingungan saling menoleh tapi pada akhirnya ikut berlari menyusul Jeno. Khawatir juga mereka pada sahabatnya karena mereka tahu Jeno itu emosi dan kesabarannya setipis tisu yang dibagi dua.
Dengan segera Jeno masuk kedalam toilet dan ternyata ada seorang gadis lain yang sedang memangku Lia yang sudah tak sadarkan diri sambil menepuk pelan pipinya. Gadis itu menoleh melihat Jeno datang dengan wajah paniknya.
"Tolong Jen..."
Tak menunggu apa-apa lagi, Jeno langsung mendekat dan berganti memangku Lia. Namun alisnya kembali berkerut saat merasakan cairan kental yang disentuhnya sampai akhirnya dia melihat itu adalah darah dari kepala Lia.
"Sial! Lia...!! Bertahan...!"
Jeno langsung mengangkat Lia ala brydal mengabaikan semua mata murid lain dan diawasi oleh teman-temannya yang khawatir melihat Jeno berlari membawa Lia. Takut-takut mereka terjatuh nanti sementara beberapa temannya meminta izin untuk Jeno ke guru piket karena jelas sekali kalau Lia butuh pertolongan dokter rumah sakit sekarang.
Jeno langsung memasukkan Lia kedalam mobil dan segera melajukan mobilnya pergi dari area sekolah yang tentu saja diikuti oleh Mark dan Jaemin di mobil lain.
Sepanjang perjalanan dengan kecepatan ekstra, Jeno terus melirik ke arah Lia dengan wajah paniknya. Menggenggam tangan gadis itu bahkan saat dirinya memegang persneling mobilnya. Dalam hatinya dia tak ingin sampai tangan Lia mendingin nanti.
"Akan aku hancurkan mereka yang melakukan ini padamu..."
Donghae, Irene, Jaehyun dan Hangyul tiba di rumah sakit dan memasuki ruang rawat Lia dengan wajah panik mereka. Di dalam ruangan itu masih ada Jeno, Jaemin dan Mark menemani Lia yang belum sadarkan diri.
"Apa yang terjadi, Jen?" Tanya Donghae marah sedangkan Irene sudah berdiri disebelah brankar Lia dan mengusap kepala gadis itu. Perban dikepalanya menandakan ada luka di kepala gadis itu. Lagi.
"Dia menefonku di jam istirahat dan aku menemukannya di toilet sudah begini, pa..." Jawab Jeno jujur.
"Jaehyun! Minta sekolah mengecek cctvnya!" Titah Donghae.
"Baik pa..."
Jaehyun langsung menelfon seseorang sementara Donghae mendekat ke arah putrinya yang masih tak sadarkan diri itu. Melihat perban dikepala Lia membuat kenangan buruk itu kembali terulang di benaknya.
"Tiga jahitan di kening kiri. Mungkin terkena sudut wastafel karena dia ada disana tadi..." Jelas Jeno.
"Apa mungkin dia terpeleset?"
"Tak mungkin. Lantai kamar mandi selalu kering dan bersih..."
"Kata dokter, rambut Lia sedikit rontok tadi. Seperti bekas ditarik dengan kencang..."
Ucapan Mark membuat Donghae mengepalkan tangannya marah. Apa ada yang membully putrinya disekolah? Bukankah sebelumnya dia sudah pernah memperingatkan anak-anak disana dengan membuat seorang pembully Lia dikeluarkan dari sekolah?
"Pa..."
"Cari orangnya segera!"
Suara geraman Donghae cukup membuat tubuh Jaemin dan Mark merinding. Meskipun ini bukan pertama kali mereka melihat sikap itu dari Donghae, tapi tetap saja menyeramkan. Berbeda dengan anak dan istrinya yang nampak sudah terbiasa.
"Pantas saja... Jeno mendapatkan gen dari papanya..."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scars (✓)
FanfictionSemua kisah dalam hidup bagaikan rantai yang saling menyatu satu sama lain. Entah dari masa lalu yang bisa mempengaruhi masa depan orang lain. Dan biasanya sesal pun akan datang diakhir. Seandainya cerita masa lalu itu tak terjadi, mungkin masalah y...