4 years later...
"Channie..." Rengek Lia entah yang keberapa kalinya pada saudaranya itu yang membuat Haechan menghela nafas panjang.
Pasalnya di sebelah kanannya Lia yang merengek minta pulang, sedangkan disebelah kirinya, Yuna, kekasihnya kesal karena Lia.
"Kalau kau mau pulang, pulang saja sendiri. Haechan akan menemaniku disini belanja. Iya kan Chan?" Tanya Yuna agak merengek yang membuat Haechan makin pusing jadinya.
"Channie... Aku lelah berjalan terus sejak tadi..." Keluh Lia lagi.
Haechan mendapat ide ketika melihat gerai pizza kesukaan Lia disana.
"Mau makan?"
"Mau!"
"Gak!"
Jawab Lia dan Yuna bersamaan yang lagi-lagi membuat Haechan frustasi. Keduanya sejak awal kenal sama sekali tak bisa akur. Selalu memiliki keinginan yang berlawanan. Atau sengaja mereka memilih sesuatu yang berlawanan. Apalagi itu mengenai waktu bersama Haechan.
"Channie...aku lapar. Jadi makan?"
"Tapi aku belum lapar, Chan. Aku masih mau ke toko yang itu. Ada baju limmited yang aku ingin beli. Ayo Chan sebelum kehabisan..." Rengek Yuna yang membuat Haechan menghela nafas panjang.
"Lia... Kamu tunggu di restoran pizza itu dulu,ya? Pesan apapun yang kamu mau. Nanti aku yang bayar. Aku antar Yuna belanja dulu sebentar..." Ucap Haechan pelan pada Lia supaya saudarinya itu mau mengalah.
Mendengar hal itu, Yuna tersenyum penuh kemenangan dengan wajah meledek Lia. Sedangkan Lia mendengus kesal dan menghentakkan kakinya.
"Terserah! Aku juga masih bisa bayar sendiri!" Ucap Lia kesal sebelum akhirnya berjalan menuju restoran pizza tersebut. Melihat hal itu, Haechan hendak menyusul Lia namun Yuna sudah lebih dulu menahannya.
"Sudah Chan...biarkan saja. Dia juga sudah besar. Kau terus saja khawatir padanya. Lagipula, kita hanya pergi sebentar. Sebelum pizza-nya habis juga kita pasti sudah kembali. Ayo!" Paksa Yuna sambil menarik tangan Haechan yang membuat pemuda itu mau mengikutinya menuju lantai selanjutnya ke toko yang Yuna mau.
"Menyebalkan!"
Lia duduk di meja yang kosong dan membuka menu yang dibawakan pelayan secara langsung.
"Beef pizza dengan double cheese, kentang goreng medium dan colanya satu..." Ucap Lia tanpa membaca menunya. Dia hafal makanan kesukaannya sendiri disana dan pesanannya yang selalu sama tak pernah berubah.
"Baik nona. Ditunggu pesanannya ya..." Ucap sang pelayan sambil mengambil buku menunya dan pergi dari sana.
Bosan, Lia mengeluarkan ponselnya dan menelfon seseorang. Namun belum juga panggilannya diangkat, tanpa Lia sadari sejak tadi seseorang diam-diam mendekat lalu menepuk bahunya hingga ia menoleh dan kaget.
"Kak—"
Haechan dan Yuna masuk kedalam restoran dengan wajah Yuna yang sangat senang karena sudah mendapatkan sejam kebebasan tanpa diganggu Lia. Mengulur waktu supaya Haechan tak buru-buru ingin kembali ternyata ampuh juga.
Mereka melihat sekeliling restoran itu dengan teliti mencari meja tempat Lia duduk namun hasilnya nihil. Lia tak ada disana yang membuat Haechan panik seketika.
"Dimana dia?!"
Haechan menyusuri semua tempat duduk dan orang-orang yang ada disana namun hasilnya nihil. Sedangkan Yuna segera menuju kasir untuk menanyakan Lia disana menggunakan fotonya.
"Haechan!" Panggil Yuna yang membuat Haechan segera menuju kasir juga.
"Kata kasirnya, Lia memang sempat kemari..."
"Benarkah?"
"Benar tuan. Tadi gadis itu kalau tidak salah memesan beef pizza—"
"Dengan double cheese, kentang goreng medium dan cola?"
"Benar tuan..."
"lalu dimana dia?!"
"Sudah pergi sejak tadi, tuan. Seorang pria membayar pesanannya dan meminta makanannya di take away lalu membawa gadis itu pergi..."
"Sial!"
Haechan langsung pergi dari sana membuat Yuna ikut panik dan segera mengejarnya.
Dia mencoba melacak ponsel Lia namun ponselnya aktif terakhir di restoran tadi dan menelfon ke rumah pun pelayan bilang Lia belum pulang yang membuat Haechan makin kalang kabut.
"Sial! Saat seperti ini kak Sungcheol tidak bisa dihubungi!" Geram Haechan kesal yang membuat Yuna takut juga.
Pasalnya Haechan marah adalah hal yang paling berbahaya yang dia tahu. Terakhir kali dia melihat Haechan marah adalah ketika kekasihnya itu bertengkar dengan pemuda di kampus yang memaksa Lia untuk berkencan. Satu kantin hancur di tangan Haechan dan pemuda itu setelahnya pindah kampus entah kemana.
"Lain kali, jangan mengajaknya jika dia tak mau ikut..."
Haechan melirik ke arah Yuna lalu kembali fokus ke jalan.
"Lain kali jangan mengajak keluar dadakan. Kau tahu sendiri aku tak bisa asal tunjuk orang untuk mengawal Lia..."
"Dia sudah besar, Chan. Dia sudah berhak memilih jalannya sendiri. Jika dia mau pergi atau berkencan dengan siapapun itu haknya..."
"Kau tak tahu apapun tentangnya. Jadi diamlah..." Geram Haechan yang membuat Yuna terpancing emosi.
"Kau selalu membawanya kemanapun. Mengikutinya kemanapun. Bahkan kau lebih peduli dan ada untuknya daripada untukku. Kau itu pacarku atau pacarnya, sih?!"
"Yuna! Kita sudah pernah membahas ini sebelumnya..."
"Iya...! Dan aku muak dengan semua alasanmu itu. Lia juga selalu saja mengganggu waktu kita. Dia tak menyukaiku sama sekali ..."
"Lia hanya sedang mengujimu..."
"Menguji? Menguji selama setahun penuh?! Itu lebih cocok dikatakan mengusir secara halus!"
"Yuna..."
"Kalau kau seperti ini terus, aku lelah denganmu. Kau harus tegas padanya supaya dia tak melakukan hal seenaknya seperti ini dan membuat waktu berdua kita terganggu. Sudah jarang berduaan, sekalinya berduaan, selalu saja anak itu membuat masalah!" Gerutu Yuna kesal yang membuat Haechan meremas stirnya kencang dan rahangnya mengeras.
"Cukup sudah!"
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scars (✓)
FanfictionSemua kisah dalam hidup bagaikan rantai yang saling menyatu satu sama lain. Entah dari masa lalu yang bisa mempengaruhi masa depan orang lain. Dan biasanya sesal pun akan datang diakhir. Seandainya cerita masa lalu itu tak terjadi, mungkin masalah y...