♣️ Bab 24: Tragedi Awal Desember ♣️

27 2 19
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Lakukan sesuatu, Mikaelis!" perintah Chleo yang perlahan berjalan mundur hingga ke samping Guren berdiri.

Mikaelis tidak melakukan apa-apa selain berjalan mendekati anjing hitam itu dan menatapinya dengan tatapan iblis, cukup lama mereka bertatapan mata hingga si anjing menutup mulutnya dan berhenti memperlihatkan gigi taringnya. Dia duduk dan mulai patuh terhadap Mikaelis, pelayan itu mengelus-elus pucuk kepalanya. Chleo dan Guren sama-sama terkejut, secepat itu Mikaelis menjinakkan seekor anjing yang awalnya kelihatan sangat ganas.

Anjing itu mendekati pintu menara dan menggerogoti gembok yang terbuat dari besi itu, gigi taringnya terlihat sangat kuat. Karena gembok tersebut, pecah berkeping-keping. Chleo dan Guren ternganga melihatnya, pintu menara pun dibuka dan anjing hitam itu masuk lebih dulu. "Ikuti dia, dia akan memandu kita ke dalam menara ini," ucap Mikaelis yang berjalan menyusul binatang itu masuk.

Sepanjang perjalanan, mereka hanya melewati puluhan anak tangga yang hampir tiada habisnya. Ditambah, menara ini sangat tinggi. Meskipun lelah, Chleo tetap memaksakan dirinya untuk mencari Emi. Dan tibalah mereka bertiga di ruangan satu-satunya yang ada di dalam menara, anjing hitam itu mempersilahkan mereka untuk memasukinya.

Awalnya Mikaelis ragu, takutnya ada jebakan di dalam sana. Ia melirik ke arah Chleo yang berdiri di belakangnya, pemuda itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda untuk mempersilahkan membuka pintunya. Begitu dibuka, hanya ruangan biasa yang mereka jumpai. Ada banyak furnitur rumah yang terlihat berdebu dan hampir tak terawat.

Di antara barang-barang tak terawat itu, Chleo melihat Emi duduk di bangku yang ada di pojok ruangan. "Emi!" panggil Chleo seraya menghampirinya.

"Emi! Bangun! Ini aku, Chleo! Aku datang untuk menolongmu!" ucap Chleo yang berusaha membangunkannya, sembari menggandeng kedua tangan gadis itu.

Mata Emi bergetar, jari jemarinya bergerak merespon sentuhan tangan dari Chleo. Perlahan, matanya mulai terbuka dan mendapati sosok pemuda bermata biru tua. Pandangannya buram, tapi Emi terus membuka matanya tanpa menutupnya lagi agar pandangannya semakin jelas. Chleo memberikan senyuman ringan untuk meyakinkan Emi jika dia, benar-benar datang menolongnya.

"Chleo?"

"Ini aku, Emi. Aku di sini, jangan khawatir ya?" jawab Chleo tanpa melepaskan tangannya dari menggandeng tangan Emi yang sangat dingin.

Chleo melepaskan jaketnya dan berinisiatif memakaikannya pada Emi, tapi tiba-tiba saja sebuah benang yang sangat tipis, muncul dan menggerakkan kedua tangan Emi. Gadis itu mendorong Chleo dengan tangannya sendiri hingga pemuda itu terjatuh, Mikaelis terlambat menolongnya karena fokus memperhatikan asal benang tipis itu datang.

"Tanganku bergerak sendiri! Maaf, Chleo! Aku tidak pernah sekalipun ingin mendorongmu!"

Benang tipis itu menggerakkan Emi hingga dia beranjak dari bangku dan berdiri dengan dikendalikan benang misterius, tangannya bergerak mengambil sebuah pedang yang terpajang di dekatnya. Emi bergerak melayangkan pedang itu pada Chleo, Mikaelis berhasil menarik tangannya untuk menghindari pedang tersebut.

MajesticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang