“Ga harus dia, tapi hati bilang dia.”
-Areksa Mahendra-
“Kita memiliki hak untuk berharap, tapi Allah lah pemilik rahasia untuk jawabannya.”
-Sagara Adhiyaksa-
"Ada mobil, punya siapa? Apa.. Ada tamu dirumah Saga? Tapi siapa?" Otaknya bertanya-tanya ketika sudah di depan rumah Sagara. Niatnya kesana untuk berkunjung, dan bermain bersama adeknya dengan membawa makanan yang tadi Rana bawakan untuk Hawa.
Setelah bertemu dengan Naya, ia pulang kerumah dan disuruh untuk berkunjung kerumah Sagara, awalnya nolak. Namun, Rana terus saja memaksa dan ia pun terpaksa menerimanya sekalian bermain.
Ia tersenyum sampul, "Mungkin tamu istimewah. Gue masuk aja, lagian mau ketemu sama tante Hawa, kalo gue pulang nanti dimarahin sama bunda gara-gara ga jadi." Gadis yang berusia 16 tahun itu memakai baju putih yang tertutup, memakai jilbab warna coklat, celana warna coklat. Ia terus saja berjalan sampai di depan pintu.
"Assalamualaikum..." salam Tamara lirih. Semua orang yang berada ruang tamu pun menoleh karena dekat. Gadis itu tersenyum sambil melangkah menghampiri Hawa, dan mencium pungung tangan wanita paruh baya tersebut.
"Waalaikum salam, Nak," jawab Hawa dan yang lain yang berada disana. Apa lagi, Salwa melirik kearah gadis itu yang baru saja datang, mulai dari atas kebawah.
Lagi-lagi tersenyum dibibirnya terbit, dan mengatakan, "Ohya, Tan.. Ini Tamara bawa makanan buat Tante dari bunda. Maaf ya, ga banyak."
"Gapapa.. Maaf ngerepotin jadinya, Nak. Bilangin bunda kamu ya, makasih makanannya. Lagian udah ada makanan tadi dari Nak Salwa," ungkap Hawa membuat Tamara menoleh kearah gadis yang tengah duduk dan tersenyum padanya. Ia pun tersenyum menatapnya.
Gadis itu ber oh ria. Ia menatap sekiling ruangan, tidak ada orang yang ia cari-cari membuat Hawa tersenyum dan menatapnya. "Cari apa Nak? Sagara?"
Ia menggelengkan kepalanya sambil menyengir, "Bukan Tante, Tamara lagi cari Ocha."
Ini yang namanya Tamara? umpatnya didalam batinnya sambil menatap gerak-gerik gadis yang berada di depannya itu.
"Siapa yang cariin saya?" Mendengar hal itu sontak pada menoleh kearah sumber suaranya, meskipun pemuda itu tau dari suara pasti Tamara, gadis yang ingin ia halalkan. Ia masih menundukkan kepalanya, membuat Salwa pun ikut menundukkan kepalanya.
"Apaan si Saga. Gue ga cariin lo, adek lo mana? Gue pengen main, maafin gue yang kemarin ya, Ga? Mungkin gue keterlaluan banget buat ngomong begitu. Apa... Ocha marah sama gue lagi, Ga? Maafin gue ya..." mohon gadis itu dengan lembut gemes. Rasanya pemuda di depannya ingin sekali tertawa mendengar hal itu.
Tamara melihat itu pun langsung mengatakan, "Kalo mau ketawa, ketawa aja. Lagian gue bukan pelawak kok, ngapain si lo mau ketawa Saga! Ini gue minta maaafff sama lo bukan hibur lo!" ketusnya. Hawa kekeh melihat tingkah dua remaja itu. Salwa hanya diam membisu mendengar semua itu, ia tak berani untuk menatap Sagara ketika berinteraksi dengan orang lain.
Ia tersenyum tipis, gadis itu melihatnya berdecak kesal. "Hobi banget ya, lo bikin gue marah-marah gajelas? Gue malu! Gue malu Sagaraaa!!" rengeknya.
"Malu kenapa?" tanya pemuda itu dengan nada serak-serak basah.
Shit! Suaranya berdameg weee batin Tamara meleleh.
"Ada Tante Hawa sama temen lo." cicitnya sambari menundukkan kepalanya. Mendengar hal itu sontak membuat pemuda itu terkekeh tak tahan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA DUA SURGA { NASKAHAN }
Fiksi Remaja{DILARANG MEMBACA MENUNGGU END. BACA SEADANYA! FOLLOW AKUN INI DILARANG PLAGIAT KARYA PENULIS} Bagaimana jatuh cinta kepada seorang penulis? Ini menceritakan seorang penulis menceritakan kisah nyatanya, kisah ANTARA DUA SURGA. Kisah ANTARA DUA SURG...