berharga namun tak seberapa

50 2 3
                                    

Pagi ini gadis dengan pakaian baju tidur itu duduk dikeranjang dengan di depannya laptop, ia menulis cerita yang ia beri judul : ANTARA DUA SURGA. Ia lah yang menciptakannya, ia penulisnya yang selalu didukung oleh Areksa.

Kedua orangtuanya tau kalo anaknya mempunyai bakat terpendam menjadi penulis, membuat kedua orangtuanya bangga pada anaknya. Meskipun, tidak tau cerita apa yang anak itu menulis.

"Adek, lo masih tidur? Udah jam sembilan pagi masih tidur lo!?" pekik Bima di depan pintu memakai pakain begitu rapih, bahkan bisa dibilang seperti CEO muda saja.

Tamara menoleh kearah pintu kamarnya, lalu mengatakan, "gue uda bangun. Cuma belum mandi aja, kenapa?" Ia masih fokus mengetik, menulis alur cerita selanjutnya, tak mungkin gadis itu mengantung ceritanya.

"Gue masuk boleh ga?" izin Bima. Tamara hanya berdeham saja membuat pemuda itu masuk dan menggelengkan kepalanya melihat adek perempuannya yang belum mandi juga.

Tamara melirik Bima yang baru saja datang. Pemuda itu pun berjalan menghampirinya. "Ngapain lo belum aja mandi, hm? Nanti papah marah, Ra. Gue kesini juga disuruh papah ini udah pagi, ketemuannya jam sepuluh pagi."

"Ada waktu setengah jam." katanya. Entah itu bicara pada pemuda yang berada disampingnya atau bicara sendiri.

"Apa?"

"Gue lagi nulis, bang. Sebentar lagi selesai, gue harap si bulan ini selesai tapi mepet banget gila." jawab gadis itu.

Bima menghelakan nafas kasarnya. "Bukan itu. Ada waktu setengah jam buat ngapain lo? Lo ga boleh ke mana-mana, Ra." tegas Bima pada adeknya yang begitu keras kepala sekali.

Tamara mendengus kesal. "Ck! Gue pagi ini disuruh ketemuan sama Areksa, sebentar aja kok. Lagian ada setengah jam kan?" tanya Tamara sambil mengklik tulisan 'publikasikan' untuk mempublish bab yang ia tulis.

"Ga ada. Gue gamau lo dimarahin sama bunda, apa lagi papah. Gue gamau lo kenapa-kenapa, lo jangan mau lari jadi pertunangan, Ra." ucapnya mempertegaskan pada gadis disampingnya itu.

"Gue ga izinin lo pergi."

"Gue ga butuh izin dari lo juga. Gue bisa pergi sendirian, gue mau mandi. Lo mau ikut gue mandi gitu? Liatin gue mulu." Tamara hendak pergi kekamar mandi, dan pemuda itu masih saja menatap gerak-gerik adeknya itu.

Bima menggelengkan kepalanya."Ga! Gila lo. Mandi bareng sama Sagara sana! Gue setuju, nanti kalo lo nikah punya anak lima puluh, Ra. Seru Ra, tapi gue jadi bingung nanti panggil anak-anak lo takut kembar salah lagi."

"ANJING EMANG LO!" sentak Tamara didengar oleh Bima pun terkekeh didengar oleh gadis yang berada dikamar mandi itu.

Bima masih berada dikamarnya, menatap laptop yang masih saja menyala, membuat ia tertarik untuk melihatnya. Ia pun mengambilnya tanpa berdiri, karena tepat disampingnya itu. Ia pun lihat, cerita yang baru update langsung rame sekali, bahkan komentar pembaca setia membuatnya kekeh.

Pemuda itu langsung membuka ceritanya. Ia melihat bahwa cerita yang ia tulis mirip sekali dengan kisah nyatanya. "Gue tau, lo nulis kisah nyata lo sendiri. Bahkan mengabdikan dua orang sekaligus."

"Gue bangga sama lo, Ra." jedanya.

"Areksa juga pembaca setia lo, yang selalu komen di setiap paragraf, dia cerita yang hal tentang lo, karena dia ga mungkin ga tau apapun tentang lo. Baginya, lo penulis terfavorite banget. Tapi, Areksa ga tau, lo nulis kisah nyata."

                                         🍃

"AREKSA!!!! LO MAU KEMANA?" pekik Gazza melihat Areksa yang begitu rapih, namun tatapannya fokus menatap handpone nya.

ANTARA DUA SURGA { NASKAHAN }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang