Seperti biasa, Kunigami dan Chigiri bermain sepak bola dengan rekannya. Mereka berdua aktif dalam ekskul sepak bola dan berhasil memenangkan lomba futsal tingkat provinsi tempo hari.
Pemuda yang memiliki netra merah jambu itu berlari cepat sesuai dengan keahliannya.
Namun, nafasnya terengah-engah. Tidak seperti biasanya sang Macan Merah. Kunigami menyadari nafas Chigiri yang seolah tercekat, lalu ia segera memberi arahan pada rekannya.
Kunigami melihat matahari yang sudah berdiri tepat di kepala sang empu, pertanda bahwa latihan hari ini sudah cukup. "Guys! Hari ini sudah dulu deh latihannya, kalian juga mau santai 'kan akhir pekan ini."
Bunyi perkataan dari seorang berbahu lebar itu membuat para rekannya berhati girang. Selepas itu, mereka lekas melakukan pendinginan dan duduk selonjor, beberapa dari mereka juga ada yang meneguk botol minum guna melepas dahaga.
"Chigi, nih." Kunigami menjulurkan botol minum Chigiri yang ia ambil dari tas pemilik.
Manik Chigiri segera menoleh ke arah empu suara, "oh. Makasih, Kuni." Ia segera mengambil botol minumnya yang dijulurkan oleh Kunigami dan meminumnya cepat.
Kunigami ikut duduk berselonjor di sebelah Chigiri, menatapnya dengan mata pirang miliknya hingga akhirnya mereka saling bertatapan.
"Gue nyadar akhir-akhir ini stamina lo kurang, Chigi. Gue liat lo sesak nafas terus," tutur Kunigami seraya menatap Chigiri, tersirat rasa khawatir dalam tatapannya.
Chigiri termenung beberapa detik sebelum akhirnya membalas untuk membantah ucapan Kunigami, "nggak juga, kok. Mungkin memang gue lagi kecapekan aja."
Chigiri tidak menatap Kunigami saat membalas ucapan itu, ia lebih memilih melihat lapangan luas itu dengan tatapan sayu.
Pemilik rambut oranye itu tahu bahwa Chigiri menyembunyikan sesuatu darinya. Kunigami diam seraya ikut melihat lapangan itu bersama Chigiri. Rambut panjang Chigiri ikut berhembus bersama rambut runcing teman sebelahnya karena deru angin kala siang itu.
"Gue sahabat lo sejak kita belum lahir, Chigi. Nggak usah malu buat terbuka sama gue," canda Kunigami untuk memecahkan suasana sunyi di antara mereka.
Memang mereka itu punya hubungan persahabatan yang erat sekali. Wajar saja jika mereka berdua saling terbuka satu sama lain setelah apa yang mereka lewati sedari kecil.
Kedua pemuda itu tergelak. "Iya, gue bakal cerita kalo sudah saatnya harus cerita." Bibir Chigiri sedikit melengkung ke atas, pupil matanya ikut melebar setelah Kunigami memberikan candaan yang menurutnya itu menenangkan.
Kunigami bangkit berdiri dari duduknya, "yosh, pulang yuk." Ia meregang badannya sebelum memberi ajakan.
"Mau bonceng dengan gue lagi? Motor lo masih rusak 'kan," imbuh Kunigami. Ia tahu bahwa motor Chigiri masih di bengkel karena malas ganti oli.
Lawan bicara Kunigami itu terkekeh kecil, "iya, Kun."
"Atau mau ojek online aja?" sambung Kunigami lagi untuk meledeknya.
Chigiri mendengus, "Nggak, gue mau hemat uang jajan bulan ini buat bayar bengkel."
Kunigami tersenyum, seolah telah memikirkan ledekan berikutnya.
"Ayo, Princess." Kunigami mengulurkan tangannya, ia memanggil Chigiri dengan nada mengejek.
Lelaki berparas cantik itu memutar bola matanya. "Please deh, Kuni. Gue udah muak dengan julukan itu," sebal Chigiri, ia membalas uluran tangan Kunigami.
Mereka berjalan beriringan menuju tempat parkir. Sampai di sana, ada seorang tukang parkir paruh baya mencegat mereka.
"Saya bantu, Nak," ucap tukang parkir itu sambil menarik mundur sepeda motor Kunigami.
![](https://img.wattpad.com/cover/345023790-288-k665902.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
No Regrets • || Kunigami and Chigiri || •
Fanfiction"Tiada hal lagi yang perlu kamu sesali, semuanya sudah terlanjur terjadi." *** Kedua jejaka bernama Chigiri Hyoma dan Kunigami Rensuke bagai kerabat yang tak akan terpisahkan dengan eratnya hubungan mereka berdua sedari kecil hingga saat ini. Lambat...