15 : Ointment

23 2 3
                                    

Setelah argumen yang terjadi kemarin sepulang sekolah, Kunigami pun berniat untuk berbicara empat mata pada Chigiri. Di pagi hari yang masih sepi, ia menunggu sampai orang itu masuk ke kelas.

Pemuda cantik itu datang dengan langkah yang cenderung lemas, bibirnya kembali pucat. Namun Kunigami tak peduli, yang ada di otaknya sekarang hanyalah permasalahan kemarin.

"Chigiri," sapa Kunigami saat melihat orang di sebelahnya menaruh tas di bangku.

Pemilik nama itu tak membuka suara, namun dari ia melirik orang yang memanggilnya dari ujung mata.

Tahu Chigiri tak akan menggubris panggilannya dan malah mengeluarkan buku dari tasnya, Kunigami lanjut ke pembahasan inti.

"Gue mau ngomongin masalah kemarin."

"Kenapa?" tanya Chigiri cepat tanpa jeda.

Chigiri bertanya lagi.

"Lagipula mau gue jelasin gimanapun lo nggak bakal percaya, 'kan?"

Alis Kunigami melekuk, tak senang dengan dugaan-dugaan Chigiri—walau sebagian besar hal itu benar.

Kunigami berdiri, badannya mengarah pada teman sebangkunya.

"Tapi kemarin kenapa lo mesti nampar Nina?" Kunigami tetap meneruskan pembahasannya.

Pegal hati Chigiri lantaran Kunigami tak mau menghentikan pembicaraan ini.

Chigiri ikut beranjak tegak dari duduknya, tingginya kurang lebih di sekitar daun telinga Kunigami.

Chigiri tersenyum kecut, pandangannya melompong, "karena dia memang pantas dapatin itu, Kunigami."

Kurang dari sedetik meja mereka tergeser karena badan Chigiri terhempas sesaat pukulan Kunigami yang telak terkena wajahnya.

Chigiri termendak ke lantai, sontak merasa ngilu pada tulang ekornya. Ujung bibirnya berdarah setelah pukulan kuat itu—ia lap dengan ibu jarinya.

Orang-orang sudah berkumpul mengelilingi mereka, tercengang melihat dua pemuda yang berteman dekat itu mendadak berkelahi.

Chigiri tak ambil akalnya lagi, tungkainya langsung beranjak lari dan meluncurkan tendangannya.

Kunigami sempat mengelak, sehingga tendangan itu hanya terkena bahu kirinya—hampir mengenai leher.

"BANGSAT LO! LO KIRA NINA ITU SIAPA?!"

Ya, kedua sohib itu bertengkar hebat. Selayaknya remaja laki-laki, mereka saling memukul meski tanpa arah yang pasti karena tak sering berkelahi fisik.

"LO YANG LEBIH BANGSAT KARENA NGGAK PERNAH MAU DENGAR OMONGAN GUA!"

Pertengkaran itu menggubah kehebohan dalam kelas, sampai murid dari luar kelas pun ikut mencoba menonton mereka berdua.

Massa otot Chigiri lebih ringan dari Kunigami, maka itu ia sendiri tak berharap menang. Perkelahian ini atas dasar pelampiasan emosi mereka berdua yang menggunung.

Isagi dan Bachira mencoba melerai pertengkaran Kunigami dan Chigiri, kalau tidak mereka akan semakin babak belur.

"Kunigami! Tahan emosi lo!"

Isagi berusaha kuat menahan lengan berotot Kunigami yang ingin melanjutkan pukulannya lagi. Begitu juga dengan Bachira yang menahan Chigiri untuk tidak terus berkelahi.

Bu Oza pun sampai turun tangan, Guru *BK berkacamata itu datang ke kelas mereka setelah pengaduan dari Gagamaru. Bu Oza menyeret Kunigami dan Isagi ke ruang BK

*BK: Bimbingan Konseling, usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir.

No Regrets • || Kunigami and Chigiri || •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang