Mozaik 6

99 13 2
                                    


Baru saja hendak berkemas, Sasa seorang teman sesama karyawan menghampiri Khalisa.

"Ngga solat asar, Lis?"

"Barusan aku mamnu', Sa."

"Mamnu'? Maksudnya?" Sasa sedikit bingung.

"Maaf, maksudku dapet alias mens, gitu. Artinya sama seperti terhalang dari mengerjakan ibadah yang wajib." Khalisa menerangkan sedikit rinci.

Ia menangkup kedua tangan di dada, "Maaf, ya, Sa. Aku pikir lagi bicara sama teman sepondok. Aku nggak paham kalau kamu baru dengar kata yang kusebut tadi."

"It's okay." Sasa terkekeh menyapu lembut lengan Khalisa. "Gimana, betah nggak, kerja disini?" Tanya Sasa lagi.

"Masih hari pertama... Alhamdulillah, lumayan seru." Khalisa menjawab sambil menyampir tas nya.

"Eh, Lis. Tadi Bu Bos bilang mau ketemu kamu. Beliau nunggu di ruang kerjanya. Aku lanjut kerja dulu, ya. Shift ku belum selesai sampai jam delapan malam." Sasa berlalu begitu saja.

Khalisa yg ditinggalkan sendiri mulai bertanya-tanya untuk apa Bos ingin bertemu dengannya. Interview, bukannya sudah diterima kerja? Atau bisa saja ada yang salah dengan pekerjaannya di hari pertama ini.

Terburu-buru, perempuan dengan wajah yang tampak lelah tersebut melangkah cepat ke ruang kerja atasan. Setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan, ia pun masuk perlahan.

"Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya Khalisa hati-hati di depan Bos tengah baya yang duduk menyilang kaki di kursi putar dengan santainya.

"Duduk!" Perintah Bu Naina tegas selaku pemilik Toko.

Sambil mengangguk dan tersenyum sungkan, Khalisa menjatuhkan pantat di kursi yang terletak persis berhadapan dengan meja atasan.

"Kamu sudah menikah?" tanya Bu Naina menatap Khalisa penuh selidik.

"Sudah, Bu."

"Sudah dapat izin dari suami, untuk kerja di sini?"

"Sudah juga, Bu." Khalisa menjawab dengan mantap.

"Saya lihat dari CV kamu, jenjang pendidikan terakhir sekolah Aliyah nya di pesantren, benar?" Pertanyaan Bu Naina dijawab anggukan pelan oleh Khalisa.

"Di sini dijelaskan... kamu pernah ikut ekskul bagian tata boga?" Bu Naina melanjutkan introgasi.

"Iya, benar, Bu. Saya pernah dapat sertifikat juara lomba tata boga seasrama." Sahut Khalisa kini lebih sedikit panjang.

"Nice..." Wajah Bu Naina yang tadinya menyelidik, sudah mulai semringah. "Tapi sayang sekali, ya, kamu tidak lanjut kuliah," ujar Bu Naina.

"Saya kuliah sudah masuk semester empat, Bu. Karena ikut suami ke sini akhirnya saya putuskan untuk gak lanjut dulu." Jelas Khalisa sungkan.

"Okey. Jadi begini, Kalisa. Saya punya satu panti asuhan yang butuh Guru dua bahasa, English dan Arab sekaligus. Jika kamu berkenan, mulai jumat besok kamu bisa tidak masuk Toko, tapi ikut saya membantu kegiatan belajar dan mengajar di Panti itu setiap seminggu sekali." Bu Naina sedikit mendongakkan kepala, kemudian bertopang dagu menunggu jawaban lawan bicaranya.

Jodoh Singgah (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang