"Lisa... makan malam sekarang, ya. Semuanya sudah saya siapkan. Ditunggu!" Seru Sina dari depan pintu kamar istrinya."Iya, Mas. Sebentar!" Balas Khalisa yang baru selesai berganti pakaian.
Gadis itu menggerutu sendiri, "Tumben, nggak masuk kamar. Hobi barunya teriak-teriak mungkin, ya."
Keluar dari kamar, Khalisa bingung karena semua lampu ruangan dimatikan. Hanya ada cahaya kemerahan dari arah dapur.
"Mas.. kamu di mana?" Teriaknya, menemukan banyak taburan kelopak bunga di lantai arah menuju ruang makan.
Pemuda sekelas Sina sangat tidak mungkin bisa menyiapkan candle light dinner seistimewa yang tersedia di ruang makan mereka malam itu. Khalisa tidak percaya akan disambut dengan hidangan istimewa penuh hiasan bertema romantis dengan taburan bunga bentuk love di sisi meja makan dan beberapa lilin di atas meja.
Sina menarik satu kursi yang beberapa kali diduduki Khalisa sebelumnya saat makan, lalu mempersilahkan gadis itu duduk.
"Ini dalam rangka apa Mas?" Khalisa tampak kebingungan.
Sina menoleh, menatap istrinya penuh arti,
"Mari kita makan... dan jangan lupa berdoa." Ucap Sina yang entah sejak kapan jadi mudah senyum.
Khalisa merasa curiga dengan sikap suaminya yang semakin hari bertambah aneh. Malas bertanya lagi, ia hanya mengikuti instruksi. Kebetulan perutnya sudah keroncongan sejak tadi sore. Lebih baik menyantap makan malam daripada menunggu jawaban dari suami misteriusnya.
Setelah selesai makan malam, Khalisa menanyakan pada Sina perihal tawaran bos di toko tempatnya bekerja.
"Tapi kalau Mas gak ngasih izin, ya, ndak apa-apa. Soalnya, besok juga saya harus kasih jawaban ke Bu Naina." Imbuh Khalisa.
Alih-alih menjawab, Sina justru mengeluarkan sebuah brosur pendaftaran dari sebuah Universitas ternama, lalu meletakkannya di atas meja.
"Kamu mau saya daftarkan masuk Fakultas Dakwah. Lanjutin kuliah, ya. Terserah mau tetap di jurusan sebelumnya atau coba yang lain," kalimat Sina mengejutkan istrinya.
"Kuliah?" Matanya sama sekali tidak berbinar meraih brosur dari atas meja.
"Kamu ngga suka?" Sina mencari jawaban.
"Bukannya ndak suka, Mas. Aku cuma mikir, ini pasti gak mudah. Kalaupun mengambil jurusan yang sama, mungkin harus mengulang dari semester awal lagi." Khalisa gusar, ingin tetap lanjut di jurusan KPI atau bagaimana.
Sebelumnya Sina mengira istrinya akan bahagia. Ternyata tidak sama sekali. Dia kecewa pada dirinya sendiri. Di hari spesial yang harusnya bisa menjadi perantara kebahagiaan buat orang yang paling ia sayang, nyatanya tidak juga.
Terdengar suara ketukan dari pintu depan. Khalisa beranjak untuk membukakan pintu sambil membetulkan kerudung. Di belakangnya Sina menyusul.
"Surprise..." seru tamu yang langsung masuk begitu saja saat pintu terbuka.
Bersamaan dengan party popper yang mereka hujani ke arah Sina dan Khalisa.
"Selamat hari milad, Bro..." tamu yang terdiri dari para pemuda itu merangkul Sina akrab.
"Sekaligus Tahniah, atas pernikahan ente yang gak ngundang-ngundang." Ucap salah satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Singgah (Terbit)
RandomPerjodohan antara gadis piatu modern dengan pemuda pilihan Ayahnya yang menyamar jadi seorang culun.