Mozaik 8

71 11 0
                                    


Khalisa yang tadinya tidak bersemangat, mendengar kalimat Sina barusan... matanya langsung berbinar.

"Kamu serius, Mas?"

"Maaf, sebelumnya saya pikir kamu akan senang kalau kembali meneruskan kuliah. Percayalah, saya hanya ingin yang terbaik untuk kamu. Ayah juga berharap yang terbaik buat kita."

Mendengar Ayah disebut-sebut, rindu yang susah payah Khalisa kubur, kini muncul kembali. Kelopak mata sayu itu mengerjap, menahan sesuatu yang hampir tumpah.

"Maturnuwun, Mas. Kamu sudah berusaha sepenuh hati mengambil alih tanggung jawab Ayah." Lirih Khalisa tak sanggup menatap wajah suaminya karena terharu dan rindu pada sosok Ayah.

"Saya ke atas dulu," Sina izin hendak berlalu meninggalkan gadis yang tengah merenung di hadapannya.

"Selamat ulang tahun, Mas. Semoga hajat njenengan Allah kabulkan, selalu disertai keberkahan dunia akhirat." Ucapan Khalisa membuat suaminya kembali menoleh.

Keduanya tersenyum simpul. Mata Khalisa memang tertuju pada Sina, tapi perasaan dan segenap jiwanya masih tertinggal di Desa kenangan, Jombang. Gadis itu belum tahu bahwa hajat suaminya yang terbesar saat ini adalah memiliki hatinya secara utuh.


~~~


"Sa, besok aku titip handle mille crepes ya. Koki kita udah nggak pegang bagian cake itu lagi." Pinta Khalisa pada salah satu teman kerjanya yang setara posisinya di Sina Cake & Shop.

"Memangnya besok kamu mau ke mana, Lisa?"

"Diajak Ibu ngajar ke Panti yang di Jakarta Pusat. Dapat jadwal seminggu sekali ke sana," jawab Khalisa dengan wajah semringah.

Dari dulu Khalisa adalah mahasiswi yang suka aktif di berbagai kegiatan. Wajar saja kalau di Jombang ia sampai dapat beasiswa kuliah. Mencoba banyak hal kemudian menekuni bidang yang ia suka adalah kesenangannya.

"Enak banget, ya, jadi kamu. Andai waktu bisa diulang, aku kepingin juga masuk pesantren biar kayak kamu. Serba bisa, alias multi talent!" Puji Sasa kagum pada teman barunya.

"Kamu bisa aja, Sa. Gak gitu juga konsepnya. Setiap orang pasti Allah beri kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tugas kita hanya untuk bersyukur dan terus bersyukur." Khalisa tersenyum lebar.

"Aku mah kelebihan berat badan doang. Kurang tinggi semampai, gak kayak kamu." Sasa terkekeh menimpali diiringi tawa Khalisa.

"Guyon terus. Kerja, hush!" Lirih Khalisa saat koki utama menoleh serius pada mereka.

"Kalisa, aku dengar kamu manten baru, ya. Cerita dong... pengalaman selama jadi manten. Kali aja bermanfaat buat aku sebagai calon manten," bisik Sasa di telinga temannya sembari meneruskan pekerjaan.

"Sudah punya calon, ya?" Goda Khalisa.

"Suatu hari pasti akan ada calonnya 'kan," celetuk Sasa manyun.

Kembali Khalisa tertawa hingga terbahak mendapati teman sehumoris Sasa. Gadis cantik dengan pipi cabi dan tampang serius yang bicaranya lebih banyak bercanda. Pembawaan Sasa terlihat lebih santai tanpa beban jika dibandingkan dengan teman karyawan yang lain.

Jodoh Singgah (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang