2. Bang Frank

184 8 3
                                    

Aku bersepeda agar adikku bisa terbang.

Vote sebelum membaca, komen pas lagi baca☺☺☺☺

Hari minggu pagi, adalah waktu yang baik untukku berolahraga. Aku berniat untuk bersepeda keliling taman. Kali ini aku ditemani Frank yang entah mengapa ingin ikut dengan ku.

"Bang, ayo!" Seruku pada Frank yang masih memakai sepatu dengan malas- malasan. "Buruan pakai sepatunya, bang."

"Ini gue udah cepet makai sepatunya... Lo duluan aja, nggak usah nungguin gue, ikan." Ucap Frank dengan asal.

"Gimana gue mau ninggalin lo, bang? Sepedanya juga cuma ada satu." Sungutku, sedikit tak terima dengan panggilan 'ikan' dari Frank barusan.

"Yaudah lo yang pakai aja sepedanya sana... Nggak sudi gue ngeboncengin lo, berasa kayak kakak beneran gue nantinya, dih." Ucap Frank santai, dia sudah selesai namun tak kunjung beranjak dari tempatnya.

"Yaudah, gue tinggal." Ucapku sambil mulai mengayuh sepeda.

Selang lima belas detik, kudengar panggilan Frank dari belakang mengganggu pendengaran ku.

"Heii, Fuji! Tunggu gue!"

Aku menghentikan aktivitas ku, lalu menoleh ke belakang. Ku lihat Frank sedang berlari ke arah ku.

"Kenapa?!" Tanyaku kesal saat Frank berada di sebelah ku sambil mengatur napas. Dia sempat membungkuk, memegang lututnya.

"Turun, lo. Gue boncengin." Ucap Frank saat napasnya mulai stabil.

"Nggak, nggak. Tadi bilangnya lo nggak sudi boncengin gue... Ngatain gue ikan lagi." Ujar ku, mulai mengayuh sepeda kembali.

"Ehhh, tunggu bentar! Udah cepet turun, lo. Gue nggak mau ketinggalan pesawat inii." Ucapnya ngasal.

Aku menatapnya malas, "Apa sih lo, bang? Nggak jelas."

"Udah, lo nggak usah sok-sokan ngambek terus minta dibujuk... Gue rebut sepedanya, jatuh lo entar." Ucap Frank sambil menatapku tajam.

"Lo kenapa malah ngancam guee?!" Tanyaku kesal. Namun, aku tetap turun dari sepeda yang langsung diambil alih oleh Frank kemudinya.

"Nah gitu, dong." Ucap Frank bangga, merasa telah menang dariku. "Dari tadi, kek."

"Ngeselin ya lo, bang." Sekarang giliran ku yang menatap tajam padanya. Lama-lama kesal juga aku pada sikapnya.

"Udah buruan naik, atau mau gue tinggal?" Tanya Frank sambil membuat ancang-ancang meninggalkanku.

"Jangan tinggalin guee." Aku langsung menghentikannya dan duduk di jok belakang.

Frank mengayuh sepeda yang kami naiki dengan kecepatan sedang. Udara segar pagi hari membuat ku kembali fresh karena sejuk yang aku rasakan. Pepohonan di kiri-kanan jalan cukup mampu menjaga udara di padatnya Jakarta.

Aku mengambil ponselku di saku celana, kubuka layar HP lalu kubuka aplikasi kamera, dan kutekan tombol video.

"Haiii, guys... Kembali lagi di chanel gue, 'chanikarn'. Kali ini gue lagi keliling naik sepeda dibonceng abang gue-Frank." Ucapku pada layar yang sedang merekam jalanan di sekitar ku, aku juga mengarahkan pada Frank dan aku sendiri juga sepeda yang kami naiki.

"Ikan alay."

*****

Aku tak menghiraukan umpatan Frank padaku, aku tetap melanjutkan video ku. Ku pegang pundak Frank dan ku rekam punggungnya juga sekitarnya dari belakang. Kuucapkan beberapa kata yang sekiranya perlu kuucap, sebelum akhirnya ku matikan video dan tak lupa aku menyimpannya. Aku berniat mengedit video ku itu nanti di rumah saja.

I BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang