7. Care

98 5 0
                                    

Vote sebelum membaca 🤩🤩🤩 komen pas lagi baca☺☺☺

AKU memegangi perutku yang terasa sakit sejak pagi tadi. Berulang kali aku meminum air mineral untuk mengurangi rasa sakitnya, namun yang ada malah terasa kembung dan mual. Aku menghela napas dalam-dalam, membuangnya sedikit demi sedikit. "Duhh, ada apa dengan perutku sebenarnya??" Tanya ku merasa bingung sendiri. Aku beralih melihat kalender di dalam ponsel dan menghela napas kembali, "Hari ini awal bulan. Mana mungkin aku menstruasi lagi?!"

"Hey! Heboh bener lo pagi-pagi." Ujar Frank yang datang sambil memukul lenganku pelan. Tidak, itu cukup membuatku mengaduh sakit padanya. "Tontonan apaan lagi, tikus sama kucing main kejar-kejaran dari tadi??"

"Please deh, bang. Itu kartun Tom and Jerry, namanyaaa." Aku memutar bola mata. Telapak tanganku yang sudah ku baluri minyak kayu putih mengolesi perutku yang rata dengan gerakan memutar. Sambil sedikit memijatnya. Tentu saja masih tertutupi sela baju seragam.

"Lo kenapa?? Masuk angin?" Tanya Frank lagi. Dia mulai memakan roti isi selai coklat yang ia bawa dari dapur tadi. "Atau mau buawng awir?" Ucapan nya tak jelas akibat dia yang sedang mengunyah makanan.

"Ditelan dulu baru ngomong, bang!" Sungutku, merasa kesal dengan kebiasaan buruknya.

Frank menghela napasnya. Mengambil air mineral lalu meminumnya. "Lo ga suka banget kalau liat gue makan, ya??" Dia menaikkan sebelah alisnya. "Pas gue makan sambil berdiri waktu itu, lo tegur. Sekarang pas gue makan sambil ngomong, lo tegur juga?? Seenggak bisa itu ya lo tanpa negur gue pas makan??"

"Bang, dengerin gue ya... Gue nggak akan negur lo, kalau lo makan dengan cara yang benar. Gue sesayang itu sama lo, makanya gue tegur lo saat lo makan sambil berdiri, saat lo makan sambil ngomong." Ujar ku dengan hati-hati. "By the way, lo kalau makan baca do'a sebelum makan dulu nggak??"

"Nggak." Jawab Frank dengan cepat.

"Terus kalau do'a sesudah makan lo baca nggak??"

"Nggak juga." Jawab Frank lebih santai.

Aku menggelengkan kepala, tak habis pikir padanya. "Asli lo kalah sama anak SD, bang."

"Biasa aja muka lo..." Frank segera meraup wajahku dengan telapak tangannya. "Nggak usah lo jelek-jelekin muka gitu jugalah."

"Muka gue udah biasa banget inii ya!"

"Ha-ha-ha-ha." Tawa Frank pecah saat itu juga. Dikira aku lagi melawak apa yaaa?

"Lo lucu banget tau nggak??" Ucap Frank dengan sisa tawanya.

Aku menghela napas dalam, sakit perut yang sedari tadi aku rasa belum juga mereda. Lagi-lagi aku memegangi perutku, dan tindakan ku itu tak lepas dari pengelihatan Frank yang duduk di sampingku. "Masih sakit perut lo??"

"Iya, bang."

"Lo laper kaliii?!!" Seru Frank di samping ku. Ucapan nya yang begitu yakin seolah memang dia sudah benar dalam menebak.

Aku hanya memelototi nya saja.

"Ehh, gue seriuss... Lo kalau laper ya makan... Kalau haus ya lo minum..." Ucap Frank sambil sedikit mendorongku agar segera berdiri.

Aku menepis tangannya, "Kalau itu si gue juga udah tauuu. Gue juga udah sarapan, Bang Frank."

Frank memusatkan pandangannya padaku, curiga. "Lo abis ngapainn?"

Aku menatapnya tak percaya. "Bang. Gue nggak ngelakuin apapun. Kalau lo curiga gue menaruh sesuatu pada makanannya, maka kita berdua akan sakit perut. Nggak cuma guee."

Frank berpikir sebentar, "Lagi mau menstruasi kali, lo??"

Aku menggelengkan kepala, "Nggak, bang... Jadwal bulanan gue masih lama di pertengahan." Aku kembali memegangi perutku yang tidak bisa diajak kompromi barang sebentar.

I BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang