AKU diam termangu di depan TV yang menyala, menampilkan tayangan tikus dan kucing yang saling mengejar bahkan terluka namun kembali baik-baik saja. Iya. Kartun Tom & Jerry memang tayangan kartun favorit ku. Namun, tidak kali ini. Bukan karena aku yang sudah tidak tertarik lagi dengan itu, tetapi fikiran ku yang masih berpusat pada apa yang tengah terjadi antara aku dan Frank sekarang.
Kejadian buruk yang menimpa ku semalam memberikan efek yang sangat menggangguku. Aku sampai tidak bisa tertawa padahal aksi dari tikus dan kucing di TV itu sangat lucu. Bahkan biasanya, aku sampai tertawa terbahak hingga memegangi perutku, saking lucunya tayangan itu.
Bagian saat Frank berulang kali membentak padaku, melontarkan kata-kata kasarnya, mengancam ku, menampar dan membuatku menangis pilu kembali berputar terus menerus seperti kaset kusut di kepalaku.
Aku tak tahan lagi, tetapi aku hanya bisa menangis lagi.
Tok tok tok!!!
"Fuji! Ini gue, Bondan." Ujar suara di luar pintu.
Membuatku segera mengusap air mataku. Aku mematikan TV membuat tayangan dilayar kotak itu mati.
"Kita berlima mau jengukin lo, Fu." Ujar suara lainnya.
Hari ini aku tidak masuk sekolah. Tubuhku terasa lemas, perutku masih sakit. Merasa pusing dan mual.
Mendengar suara panggilan lagi, membuatku segera bangkit dan melangkah menuju pintu. Lalu aku membukanya, menampilkan One View dibaliknya.
"Assalamu'alaikum..." Ucap mereka ramah membuatku mengangguk.
"Wa'alaikumussalam."
Mereka saling pandang melihat tanggapan ku yang tak seantusias biasanya.
Biasanya, aku akan lebih ceria dan tersenyum pada mereka. Namun, sangat berbeda kali ini.
"Hayy, Fuji." Sapa Bondan mengawali.
Aku hanya mengangguk.
"Lo kenapa? Tumben, lo agak pendiam gini." Tanya Omar padaku.
"Tau, nihh. Biasanya juga pecicilan." Ujar Koko, yang mendapat respon kekehan tawa dari Zaka.
Jerry menyenggol pelan lengan keduanya, membuat mereka saling menoleh. Dia memberi instruksi agar keduanya tidak melucu dahulu.
"Lo masih sakit?" Tanya Bondan sambil melangkah mendekati ku. "Ini kita bawain lo melon. Katanya Bang Frank, itu adalah buah kesukaan lo." Tambah Bondan lagi. Dia mengulurkan buah melon yang terbalut plastik padaku.
Aku segera menerimanya, dan mengangguk. "Terima kasih." Namun, mendengar nama itu disebut membuat ku ingin menangis lagi. Aku menghela napas untuk menahannya.
"Lo sebenarnya kenapa, sihh?" Tanya Bondan merasa bingung. Dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Lo kalau ada masalah, jangan ragu untuk cerita ke kita." Ujar Omar, dia memang baik.
"Bener banget. Mungkin kita bisa bantu." Ucap Jerry, membuatku sedikit mendongak karena tinggi badan nya yang ekstra.
"Yaa, walaupun kita nggak bisa bantu... Seenggaknya lo bisa lega karena berbagi masalah yang mungkin lagi lo coba hadapi." Ucap Zaka. Dia tersenyum padaku.
"Itu benar. Kita sampe bela-belain bolos sekolah untuk jengukin lo, tau nggak?" Tambah Koko yang mengangguk antusias.
Aku menghela napas lagi. "Terima kasih ya... Kalian mau peduli sama gue."
"Nggak perlu berterima kasih. Santai aja." Ujar Bondan. Dia tersenyum lebar.
"Sama-sama." Ucap Omar. "Gue pribadi, sih... Menghargai orang yang mau menghargai orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Believe
Short StoryMeskipun memang pernah dialami seseorang, cerita ini bukan pembelajaran. Harap bijak dalam membaca. Pemeran : View Benyapa - Fuji Chanikarn Bright Vachirawit - Bondan Giovanni Tu Tontawan - Rere Ramida Dew Jirawat - Jerry Rumi Love Pattranite - Ar...