Vote sebelum membaca 🤩🤩🤩 komen pas lagi baca☺☺🤗
FRANK masih menatapku intens. Memperhatikan segala kegiatan ku sekarang... Semua ini terasa, hanya sebagai cara agar dia bisa membuat ku menyerah darinya.
Sedari tadi aku belum di perbolehkan untuk duduk apalagi istirahat. Hanya saja, dia membiarkan aku meminum obat pemberian dari dokter dan terus memerintah ku melakukan pekerjaan yang bukan bagianku.
Tak apa jika Frank memang ingin memintaku menyapu dan mengepel dua lantai sekaligus, tapi biasanya bukan malam hari seperti ini. Aku lelah. Aku butuh istirahat.
"Aduhh." Aku keseleo kaki ku sendiri, ingin menghentikan kegiatan ini sekarang. Namun, saat tatapan elang milik Frank kembali tertuju padaku, membuat nyaliku menciut. Mau tidak mau aku melanjutkan menyapu lantai dua ini.
"Kenapaa? Capek, ya?? Butuh istirahat?" Tanya Frank dari tempat duduknya. "Makanya jangan sakit. Ngerepotin orang aja bisanya."
Aku beralih menatap padanya, "Bang, lo pikir ini kemauan gue sendiri?? Lo pikir gue mau sakit kayak gini, hah?"
Aku kembali menyapu lantai, kali ini aku juga menyapu kolong meja membuatku sedikit membungkuk.
Saat aku kembali berdiri tegak, aku cukup terkejut saat Frank berada tepat di depanku. Aku mundur menjauhinya.
"Lo berani balik tanya gue?? Berani lo, sama gue?"
Aku menggeleng cepat. "Nggak, bang."
Aku kembali mundur, tapi dia kembali maju ke arah ku. Punggung ku sakit terkena ujung meja. Dia semakin mendekat, sedangkan aku hanya bisa diam di depannya.
"Kenapa?? Lo takut sama gue?" Tanya Frank dengan sedikit kekehan darinya. "Lo pikir gue mau ngapain??"
"Jangan sakiti gue, bang." Pinta ku. Aku semakin panik melihat seringaiannya.
"Ya kalau gue nyakitin lo... ya lo bales gue, dong. Bener nggak??" Tanya Frank lagi, "Masa cuma membalas pake omongan yang bikin sakit hati doang?"
Aku mengalihkan pandangan, menyemangati ku. "Tetap tenang, Fuji. Bayangkan wajah bayi bebek." Ujar batinku.
Aku beralih menatap Frank lagi. "Kalau lo nyakitin gue, gue bakal pukul lo pake sapu ini, bang." Aku menunjukkan sapu yang ku pegang seolah senjata pedang yang mampu melindungi ku darinya.
Frank menaikkan sebelah alisnya. Dengan mudah nya, dia merebut sapu milikku itu dan ia lempar ke sembarang arah. Aku memekik melihatnya.
"Gimanaa? Masa lo mau mukul gue pake sapu??" Tanya Frank lagi.
"G-gue... Gue mau lanjut nyapu lagi, bang." Ucapku melangkah hendak mengambil sapu.
"Tunggu." Frank mencengkram erat lengan ku. Aku berusaha menepisnya. Namun, aku tidak bisa.
"Lepasin gue, bang." Ucap ku masih berusaha tenang di depannya. Meskipun ingatan saat aku diganggu oleh One View di gudang kembali berputar di kepala.
Frank kembali membuat ku terhimpit dengan meja. Punggung ku sakit, tapi aku masih diam.
"Kenapa diam?? Kemana omongan lo yang nyakitin hati? Kenapa malah mendadak jadi bisu, hah?"
Aku menatap nyalang padanya, namun aku tetap diam.
"Apa perlu gue pancing dulu, biar omongan busuk lo keluar?"
"Tolong berhenti bikin gue takut, bang!" Pinta ku. Menghela napasku agar tidak terpancing emosi olehnya.
"Tolong berhenti bikin gue sakit hati."
"Kenapaa? Apa cuman lo doang ya, yang boleh nyakitin hati orang lain?" Frank tak hanya mencengkeram lenganku, namun juga daguku, memaksaku mendongak padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Believe
Short StoryMeskipun memang pernah dialami seseorang, cerita ini bukan pembelajaran. Harap bijak dalam membaca. Pemeran : View Benyapa - Fuji Chanikarn Bright Vachirawit - Bondan Giovanni Tu Tontawan - Rere Ramida Dew Jirawat - Jerry Rumi Love Pattranite - Ar...