TTM 03 - MELEYOT

314 66 18
                                    

Gilang dan teman-teman lain baru saja memasuki kantin. Atensi laki-laki itu langsung tertuju pada Alvia yang membawa nampan berisi dua mangkuk soto. Di belakangnya ada Mela yang juga membawa nampan.

Laki-laki itu menghampiri Alvia, menghadang langkah gadis itu.

"Gilang! Jangan mulai dulu, ya! Gue bawa dua mangkuk ini. Awas!" seru Alvia.

Perkataan gadis itu tak didengar. Gilang menulikan telinga, menatap Alvia intens. Sementara Mela meninggalkan Alvia mencari tempat makan sebelum mereka tak kebagian tempat.

"Gilang! Awas!" ulang Alvia yang mulai keberatan dengan bawaannya. Dia bergeser ke kanan dengan hati-hati yang juga diikuti Gilang bergeser ke kanan.

"Lang, udah, dong. Jangan kayak gitu lah. Berat ini lama-lama gue bawanya," rengek Alvia yang mulai merasa pegal pada kedua lengannya.

Tanpa bicara, Gilang langsung mengambil alih nampan tersebut, lalu mencari keberadaan Mela dan meninggalkan Alvia yang melongo di tempat.

"Dasar Gilang! Heh! Makanannya, ya ampun!" pekik Alvia frustasi lalu menyusul Gilang dengan kesal.

Kejadian itu tak luput menjadi perhatian beberapa siswa.

Alvia menarik kursi di sebelah Gilang begitu sampai di meja di mana sudah ada Liana dan Laras di sana. Ia berbalik badan menghadap Gilang, "Gilang, udah, please. Ini di kantin lho. Lo nggak malu apa ribut diliatin banyak anak-anak?" Alvia berujar dengan suara rendah supaya tak terdengar siapapun. Dia masih berusaha sabar.

Alvia sama sekali tidak sadar dengan kalimat yang baru saja diucapkannya. Padahal setiap hari mereka berdua selalu ribut dan menjadi tontonan anak kelas atau satu sekolahan.

Gilang berdecak berkali-kali setelah mendengar ucapan Alvia barusan seraya mengambil sendok yang ada di mangkuk soto Alvia. Mencicipinya sesuap tanpa menghiraukan tatapan tajam cewek yang duduk di sebelahnya itu.

"Heh! Makanan gue!" Cepat-cepat Alvia menarik mangkuk sotonya hati-hati.  "Aduuhh, Gilang! Lo tuh kenapa, sih?" erang Alvia mulai jengkel.

"Kenapa jadi lo yang marah?" Gilang bertanya santai tanpa emosi apapun. Sangat berbeda sekali dengan dia di kelas tadi.

Gilang menarik kembali mangkuk soto tersebut dengan pelan ke hadapannya. Mulai menikmati tanpa memedulikan sang empunya.

"Yang kemarin aja gue diem," ujarnya lagi membahas kejadian kemarin. Masih dengan santai ia menambahkan kecap dan beberapa sendok sambal.

Liana dan Laras saling bertatapan melihat Alvia dan Gilang yang masih adu mulut di tempat.

Liana memiringkan tubuh berbisik pada Laras di sebelahnya. "Mereka ngapain, sih, sebenarnya?"

"Udah ... jadi penonton aja. Kalau misal gelud, baru kita ikutan keroyok bareng." Laras kemudian menatap Fatah dan Derrel yang tenang menyantap makanan mereka tanpa peduli temannya yang sedari tadi adu mulut.

Laras menyuapkan soto lalu melambaikan tangan pada Fatah. "Temen lo nggak lo tolongin?"

"Lo sendiri tanya gue, temen lo juga nggak lo tolongin?" Bukannya menjawab, Fatah kembali melempar pertanyaan itu pada Laras.

Laras mendesis, menyenggol lengan Liana meminta bantuan untuk membelanya. "Bantuin gue kek ... lo malah diem makan malahan," seru Laras.

"Mau di tolongin gimana? Katanya dibiarin aja tadi kalau soal Via sama Gilang," balas Liana sembari menyuap soto ke dalam mulut.

Derrel yang sedari tadi menyimak tertawa mendengar balasan dari Liana serta ekspresi Laras yang mendatar menjadi hiburan baginya. Ia sampai menundukkan kepala, tersedak dengan makanan yang dia kunyah.

Tetangga Tapi Mesra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang