[CERITA INI DIIKUTKAN DALAM EVENT GREAT AUTHOR FORUM SSP X NEBULA PUBLISHER]
"Jangan membenci seseorang terlalu dalam. Soal perasaan nggak ada yang tau ke depannya akan gimana. Awas nanti bisa berubah jadi cinta lho!"
Mungkin kalimat itu sudah serin...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ada yg masih melek nggak sih? Maaf, yaa, agak malam updatenya TTM ini 💖✌️
****
KELOMPOK 3 EKONOMI 🔥 (4)
Alvia Guys! Gue buatin grup biar gampang komunikasi sama kalian, ya.
Gilang Aduh, makin semangat kalau satu kelompok sama, Ayang! 😘
Alvia Ngimpi!
Mela Oke, Vi.
***
Alvia menatap grup chat yang baru saja dia buat. Kurang satu teman yang tidak merespon, Farah. Kening gadis itu sampai berkerut melihat kekurangan satu teman yang tidak merespon. Ya, terlihat sepele, tetapi karena ini namanya tugas kelompok juga harus dikerjakan bersama. Setidaknya, jawab saja "iya" itu pun sudah cukup untuk Alvia.
Apakah ia salah memasukkan nomer?
Ah, tapi, ya, sudahlah. Kalau, memang aktif nanti akan membalas pesan Alvia. Mungkin sedang sibuk atau sebagainya, pikir Alvia.
Alvia sedari tadi sedang berada di ruang keluarga ditemani camilan ringan di meja dengan duduk bersila di bawah, satu tangan menggenggam ponsel, satu lagi untuk mengemil. Terasa lengkap sekali.
Saat pulang sekolah, dia langsung mandi, berganti pakaian santai dan turun ke bawah untuk makan karena sudah menjadi kebiasaan sedari Alvia SMP. Jika sedari luar dia tidak mandi terlebih dahulu, rasa lengket dan gerah di kulit membuatnya risih serta tak nyaman.
Ia menoleh ke kanan dan kiri yang terlihat sepi, Alvia lantas menaruh ponsel ke meja dan memangku camilannya sembari menambah volume pada televisi.
"Ini orang-orang pada kemana, ya? Kok sepi banget," gumam Alvia.
Tadi saat ia makan, sempat ia bertemu dengan sang ibu. Dia mengobrol sebentar sambil makan lalu sekarang entah kemana tidak bilang.
Atensi Alvia kembali pada ponsel kala suara denting notifikasi terdengar. Ia mengulum jemarinya satu persatu, menghilangkan bumbu camilan yang menempel tebal di jari. Setelah bersih ala kadarnya, gadis itu mengambil ponsel dan membuka pesan dari Gilang.
Gilang Vi? Jalan-jalan? Mau?
Tak ada ekspresi sama sekali di wajah Alvia saat ini. Ia benar-benar membaca pesan Gilang yang baru saja masuk. Takut jika matanya saja yang bermasalah.
