TTM 14 - NYERI

189 35 7
                                    

Alvia merenung, duduk sendiri di tengah ranjang. Benaknya memikirkan kejadian hari ini di mana Gilang juga ikut terlibat dan menyaksikan.

Bisa-bisanya juga ia lupa dengan tanggal periodenya. Gadis itu memejam dan meraup wajahnya lambat. Alvia menghela napas kasar, merasa malu hingga sekarang.

Bagaimana tidak, Gilang yang berada di sampingnya tak sengaja melihat noda merah yang berada di belakang roknya. Dua kali Gilang tak sengaja menatap ke arah belakang roknya.

"Vi ... rok lo beneran merah," ujar Gilang terfokus melihat rok belakang Alvia.

Tersadar dengan ucapannya barusan, Gilang gelagapan dan menggeleng panik. "Bukan, maksud gue, iya gue, enggak haduuh ...."

Laki-laki itu menggaruk belakang rambutnya kesal pun frustasi. Alvia sudah menunduk malu. Ia sendiri tak berani duduk sembarangan, takut jika bercak-nya akan merembet ke kursi yang dia duduki.

Tidak menghiraukan Gilang yang entah ke mana, gadis itu hanya berdiri gelisah di dalam kelas sembari menunggu Liana membeli pembalut.

Laras dan Mela juga ikut menunggu Alvia di belakang gadis itu membuat posisi melingkar menutupi Alvia.

Gilang kembali lagi dengan membawa jaket teman mereka untuk menutupi bagian yang lain. Alvia diam saja menatap gerak-gerik Gilang. Sesudah Gilang di depannya, dia berbisik di depan Alvia.

"Maaf, ya, Vi."

Setelah mengatakan itu, Gilang melingkarkan jaket itu ke pinggang Alvia. Laras dan Mela yang berada di belakang Alvia memalingkan wajah, pura-pura tak melihat.

Sedari tadi Gilang perhatikan jaket yang dia berikan pada Alvia tidak dia gunakan untuk menutupi area kawasan yang "merah". Jaket yang dia berikan hanya Alvia gunakan untuk alas duduk saja. Jadi, dia gemas sendiri sedari tadi melihat jaket itu tidak digunakan untuk melingkari pinggang gadis itu.

"Lo tunggu Liana di toilet aja. Udah aman kok nggak kelihatan," kata Gilang merapikan ikatan jaket di depan.

Gilang beralih menatap Laras dan Mela, meminta tolong dua gadis itu untuk mengantar Alvia ke toilet.

Benar-benar! Tingkah Gilang saat di sekolah tadi membuat Alvia tak karuan.

Alvia mulai merubah posisi duduknya menjadi berbaring. Ia menggapai satu gulingnya untuk mengganjal perutnya, mulai merasakan nyeri pada perut ketika hari pertama periodenya.

Dia mulai meringkuk, mendesis merasa sakit. Tidak hanya perut saja, dua kakinya juga terasa keram, ditambah punggungnya juga ikut terasa sakit.

Hari pertama menstruasi yang sangat menyakitkan!

Bunyi notifikasi ponselnya membuat Alvia yang setengah tersadar mencoba meraba mencari ponsel.

Gilang
Lo nggak papa? Butuh kiranti?

Dengan mata setengah terbuka, Alvia membaca isi pesan tersebut. Ia menaruh kembali ponsel di sebelahnya, tak membalas pesan dari Gilang dan lanjut memejamkan mata.

Baru beberapa detik menaruh ponsel di sebelahnya, dering ponsel Alvia terdengar nyaring. Ia menggeram dan menggeser ikon berwarna hijau. Dia segera menempelkan begitu saja di telinga sambil membenarkan letak guling untuk mengganjal perut.

Tetangga Tapi Mesra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang