"Lo denger gosip sekarang nggak, sih?"
"Gosip apa lagi, sih, sekarang?"
"Si Gilang katanya deketin si Farah biar bisa lebih deket sama Via. Ada rumor lain juga katanya Gilang deketin mereka secara bersamaan. Gila nggak, sih? Kayak apaan aja gitu si Gilang," bisik salah satu siswi yang sedang berada di toilet mencuci tangan setelah dari bilik toilet.
"Lo jangan kenceng-kenceng ngomongnya, ada di Farah itu di sebelah lo," kata siswi ketika menyadari jika ada Farah di sebelah mereka.
"Udah-udah, yuk, balik kelas." Mereka buru-buru keluar dari toilet tersebut merasa terintimidasi dengan Farah yang terus mengawasi gerak-gerik mereka dari sudut matanya.
"Jadi, sekarang lagi ada gosip begitu tentang gue sama Gilang?" gumam Farah terkekeh sendiri dia di sana, merasa lucu dengan gosip yang tersebar.
Farah mematikan keran air tersebut dan mengibaskan kedua tangan mengeringkan. Lagi-lagi merah ... kulit tangannya terlihat merah setiap kali dia cuci tangan terlalu lama. Dering ponselnya membuat atensi Farah teralihkan. Ia menghentikan langkah dan melihat nama penelepon yang ternyata dari sang ayah.
"Ya?" Farah menjawab langsung tanpa menyapa saat tahu jika yang menelepon adalah ayahnya. Ia kembali menghadap ke wastafel dan menatap pantulan dirinya di depan cermin.
"Selesai pelajaran cepet pulang. Jangan sampai pulang telat kayak kemarin kelayapan nggak jelas!" Tegas sang ayah berkata di sana.
"Aku nggak kelayapan, Ayah! Aku kerja kelompok sama temen aku!" Farah sebisa mungkin menahan nada bicaranya agar tidak kelepasan.
Satu tangannya sudah terkepal menahan emosi jika sudah bersangkutan dengan orang tuanya. "Pokonya cepet pulang kalau sudah selesai! Sopir sebentar lagi akan jemput kamu di sekolah," tuturnya.
"Aku belum selesai pelajaran!" seru Farah yang sudah tak tahan mengendalikan emosi.
"Sopir akan menunggumu di depan kalau begitu." Sambungan telepon terputus sebelum Farah menjawab ucapan sang ayah. Farah menaruh begitu saja ponselnya di wastafel dan menggepalkan kedua tangan.
Farah memukul-mukul wastafel yang keras tersebut hingga membuat sisi telapak tangannya memar. Napasnya memburu, ia meraup wajahnya kasar-kasar dan kembali ke kelas.
***
Setelah jamkos selama satu jam, pelajaran kembali dimulai. Gilang memperhatikan dengan baik ke papan tulis di depan. Namun, ada suatu yang menganggu pikirannya sejak tadi hingga membuat fokusnya terbagi.
Gilang penasaran siapa pelaku yang membuat gosip seperti itu, ditambah dengan gosip yang katanya Gilang mendekati dua gadis sekaligus. Memangnya dia sudah tidak waras apa.
Jangan sampai gosip itu sampai di telinga Alvia. Jangan. Gilang merasa ketakutan jika hal itu sampai terdengar di Alvia. Ia menggelengkan kepala ketika bayangan tersebut muncul di kepala.
"Gilang jelaskan tentang rumus ini." Seisi kelas mendadak menatap Gilang yang langsung tersadar. Pak Wahid menatap muridnya intens menyadari jika salah satu dari mereka ada yang tidak fokus dalam pelajarannya.
Alvia yang tidak jauh dari bangku Gilang pun ikut memperhatikan laki-laki itu. Terheran dengan Gilang yang tiba-tiba tidak fokus di mata pelajaran Matematika, padahal mata pelajaran tersebut adalah kesukaannya.
"Maaf, Pak." Gilang menunduk meminta maaf merasa tidak bisa menjawab pertanyaan dari Pak Wahid.
"Silakan ke kamar mandi, cuci muka," perintah Pak Wahid di mana Gilang segera izin untuk keluar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Tapi Mesra
Teen Fiction[CERITA INI DIIKUTKAN DALAM EVENT GREAT AUTHOR FORUM SSP X NEBULA PUBLISHER] "Jangan membenci seseorang terlalu dalam. Soal perasaan nggak ada yang tau ke depannya akan gimana. Awas nanti bisa berubah jadi cinta lho!" Mungkin kalimat itu sudah serin...