TTM 11 - TUGAS KELOMPOK

152 40 11
                                    

Upacara selesai tadi semua murid langsung berlomba segera masuk ke kelas. Rasa panas yang menyengat ke kulit dan kepala benar-benar menyiksa mereka.

Upacara hari ini benar-benar memakan waktu karena ditambahnya pengumuman pemenang lomba dari adik kelas. Maka dari itu, setelah pemimpin upacara meneriakkan bahwa upacara telah selesai. Para murid sudah mendesah lega sekaligus bersiap-siap untuk berlari ke kelas.

Setelah upacara selesai pun kelegaan mereka tak berhenti di situ. Di kelas Alvia sendiri, di jam pertama yang berlangsung pelajaran Sejarah. Di mana guru pelajaran itu, memberitahukan sebelumnya jika pertemuan berikutnya akan diadakan sesi tanya jawab.

Di kelas Alvia, selain terburu-buru masuk ke kelas karena panas matahari, mereka juga berburu pengetahuan Sejarah dengan membaca dan memahami sebanyak mungkin untuk menambah nilai mereka.

Detik berganti menit, mereka belajar sambil menunggu guru pelajaran tersebut memasuki kelas. Guru Sejarah yang terkenal killer karena guru tersebut tidak tanggung-tanggung dalam memberi nilai jika salah satu murid tidak disiplin dalam pelajarannya.

Acara tunggu menunggu mereka terbayarkan dengan beberapa nilai tambahan bagi mereka yang bisa menjawab. Alvia dan Farah yang lebih banyak mendapat nilai tambahan. Keduanya dikenal dua murid pintar yang selalu mewakili sekolah.

Pernah waktu itu, saat mereka masih kelas sepuluh. Setelah nilai rapot semester satu terlihat dan keduanya memiliki nilai yang sama tinggi. Namun, nilai Farah berbeda tipis beberapa angka dengan Alvia.

Sejak saat itu, keduanya sering ditawarkan untuk mewakili sekolah. Entah, untuk mengikuti olimpiade atau cerdas cermat. Keduanya secara tidak sadar, mereka seperti saling kejar mengejar nilai.

Kembali ke kelas yang kini sudah berganti jam pelajaran Ekonomi. Setelah tenang dengan tanya jawab pelajaran Sejarah. Kini mereka dibuat ribut dengan tugas kelompok di mana mereka akan disuruh membuat laporan laba rugi.

Laporan tersebut berupa makalah yang mana disertai bukti berupa rekaman video wawancara, foto perusahaan, toko, atau warung dagangan apapun.

"Waduh, Bu. Bukti rekamannya apa nggak bisa dinego?" Fatah meminta keringanan setelah mendengar apa saja yang dikumpulkan selain dalam bentuk makalah.

"Lo kayak ikut ngerjain aja." Gilang menempeleng kepala Fatah gemas.

"Bukti rekaman tidak ada negosiasi. Untuk pembagian kelompok, ibu sendiri juga sudah membagi menjadi beberapa kelompok. Sekretaris tolong ditulis nama kelompoknya di papan." Bu Nur memberikan selembar kertas pada sekretaris.

Di samping itu, sekretaris menulis nama-nama yang sudah dibagi. Keributan tak berhenti sampai di situ. Pembagian kelompok yang dirasa tidak adil oleh sebagian murid langsung memprotes pada Bu Nur.

Terutama Liana yang ternyata tidak satu kelompok dengan Alvia, melainkan Mela yang kebagian satu kelompok dengan Alvia.

"Bu, saya kok nggak satu kelompok sama Via?" protes Liana.

"Kalau kamu tidak mau, tidak apa. Silakan kerjakan tugas secara individu." Keputusan telak. Liana terdiam tidak berani berargumen lagi.

Di belakang Mela, mencolek pundak Alvia dan tersenyum lebar. "Tolong bantuannya, Suhu," celetuk Mela diselingi dengan nada candaan.

Alvia sontak tertawa kecil lalu berbisik, sengaja ingin membuat Liana kepanasan. "Nanti kita kerjain bareng, ya," ujar Alvia diakhiri dengan cekikikan.

"Vi ...! Kita satu kelompok!" teriak Gilang antusias yang langsung mendapat pelototan dari Bu Nur. 

Gilang langsung meringis dan meminta maaf kepada beliau.

Bu Nur yang melihat kondisi kelas yang tidak kondusif, langsung mengetuk keras spidol papan di meja. Berhasil. Kondisi tenang dan atensi semua murid langsung ke arah depan. 

Tetangga Tapi Mesra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang