"Kamu siapa?" tanya seorang lelaki yang berusaha menahannya.
Tidak ingin menanggapi, orang itu terus melangkah masuk melalui beberapa lelaki yang berkerumun di depan sana.
"Pengacara pembunuh itu mungkin," ucap temannya.
"Hei kamu, berhenti!" Lelaki pertama tadi berteriak berusaha mengejarnya. "Kalau mau membantu pembunuh itu, percuma dia tidak akan dibiarkan bebas dengan jaminan apa pun."
"Jangan mentang-mentang dari keluarga kaya seenaknya saja menyogok polisi untuk membebaskannya," timpal lelaki lainnya.
"Dia difitnah," ucapnya sambil berjalan ke arah Zaky.
Semua kompak menoleh ke sumber suara. Namun, hanya Zaky sendiri yang dibuat kaget melihat kedatangan lelaki itu. Ia menelan ludah susah payah ketika Sean di persilahkan duduk tepat di sampingnya.
"Silakan," kata pak Polisi menunjuk kursi di depannya.
Sean hanya mengangguk seraya mendudukkan dirinya dengan tenang. Aura seorang Sean benar-benar bisa berpengaruh terhadap atmosfir dalam ruangan itu, terutama pada Zaky yang semakin tidak berani untuk melihatnya.
Matanya Sean menatap lurus ke Polisi di seberang meja yang sebentar lagi akan meminta keterangan darinya. Sementara Zaky, ia hanya memilih untuk terus menunduk, tak berani bergerak dan menoleh.
"Maaf, anda siapa?" Polisi itu mulai bertanya.
"Saya Sean Asyams Al Mustafa."
Jawaban Sean sontak membuat polisi tercengang menatap pemuda di depannya itu. Melihat wajahnya dan mendengar nama Mustafa membuatnya tersadar bahwa ternyata ia adalah pengusaha ternama itu. Hendru Mustafa.
"Anda putra Hendru Mustafa?"
Sean hanya mengangguk dengan sedikit senyum membenarkan tebakan polisi di depannya.
Orang yang berbaris di belakangnya pun ikut terngaga setelah mengetahui siapa pemuda yang berusaha ia tahan tadi. Mereka saling tatap satu sama lain seolah menyampaiakan melalui sorot mata masing-masing bahwa kita akan habis hari ini juga.
"Maaf, apakah anda mengenal orang ini?" Kali ini, Polisi yang bername tag Arga itu berusaha bertanya dengan sangat hati-hati.
"Dia teman adik saya," jawab Sean sembari menoleh ke samping menatap Zaky.
Merasa di perhatikan, Zaky pun mengangkat kepala menoleh ke samping dan mendapati Sean tengah tersenyum padanya. Dengan sedikit canggung ia pun memaksa bibirnya membalas senyuman hangat itu.
Tidak sekali pun ia pernah bermimpi akan mendapat pembelaan dari keluarga Erika, terutama dari kakaknya yang terkenal dingin ini.
Sementara mereka yang masih berdiri di belakang sana, semakin merasa panik.
"Ekhm ... ekhm ...."
Salah satu dari mereka berdehem cukup keras sebelum menyampaikan permintaan maafnya.
"Ma-maaf, s-saya minta maaf atas perlakuan kami di depan tadi," ucapanya terbata.
Sean tidak menanggapi, ia hanya berbalik mendongak sebentar lalu kembali menatap ke depan.
"Baik, tujuan anda datang kemari?"
"Saya diutus oleh ayah untuk membebaskannya."
Polisi itu berdehem seraya menegakkan punggungnya di sandaran kursi setelah mengetahui tujuan dari kedatangan putra Mustafa itu. Ia berpikir keras untuk menuruti keinginannya. Kalimat apa yang harus ia ucapkan agar tidak berdampak pada kerjaannya. Akan tetapi, ia harus bagaimana, berhadapan dengan Mustafa sepertinya ia harus lebih berhati-hati kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta
Mystery / ThrillerPada akhirnya Erika akan bertemu dengan apa yang ditakdirkan untuknya. Sekeras apa pun ia menghindar.