Bagian 12 🍂

27 34 47
                                    

Follow dan vote sebelum membaca! 


Happy reading!

Alnaira sudah siap untuk pergi bekerja dengan setelan kaos berwarna putih dengan celana jeans yang berada di tubuhnya.

"Al sini sarapan dulu, Mamah udah siapkan roti panggang dan susu buat kamu," Ulfa yang tengah duduk di meja makan dengan Fauzan berada di sisinya lalu menatap Alnaira yang sudah rapih.

"Iya Mah" Alnaira tersenyum menatap roti panggang yang di buatkan oleh Ulfa, Lantas ia duduk di depan Fauzan dan Ulfa.

Alnaira lalu meminum susu nya dan menikmati sarapan paginya dengan di temani suasana yang hening.

"Tumben jam segini kamu udah rapih aja?" tanya Ulfa menatap heran ke arah putrinya.

"Pengen aja sih Mah, soalnya hari ini Pak Trian dateng ke cafe dan udah 2 minggu ini Pak Trian jarang banget ke cafe, kayanya sibuk merintis restorannya deh" Alnaira menjawab dengan makanan yang penuh berada di dalam mulutnya.

"Pantes, gak biasanya jam 7 kamu udah rapih, paling jam segini kamu masih betah sama selimut dan guling."

Alnaira terkekeh pelan mendengar penuturan Ulfa. Alnaira lalu melihat ke arah Fauzan yang sedari tadi sudah sibuk dengan ponselnya dan sesekali ia menyeduh kopinya. Ulfa melihat Alnaira dengan senyum yang menenangkan lantas memberi kode ke arah Alnaira, Alnaira mengangguk mengerti ke arah Ulfa.

"Pah..." panggil Alnaira dengan suara yang sedikit pelan, Fauzan menoleh ke arah putrinya lantas berdehem pelan.

"Papah masih marah ya sama Al? Maafin Al ya Pah, Al janji ngga akan buat Papah khawatir lagi. Maafin Al juga udah minta Papah buat jemput malam-malam ke rumah Kak Reifan, Al janji ngga akan ngerepotin Papah lagi," ujar Alnaira.

Alnaira menundukan kepalanya, ia tidak berani untuk melihat ke arah Fauzan dan Ulfa.

Tak kunjung mendapatkan jawaban akhirnya Alnaira memberanikan dirinya untuk mengangkat kepalanya, dan ketika Alnaira akan melihat ke arah Fauzan, Fauzan sudah lebih dulu menatap Alnaira.

"Papah ngga marah sama Al, Papah cuma khawatir kamu kenapa-kenapa. Mamah udah telfon kamu berkali-kali tapi kamu ngga menjawab panggilan telfon dari Mamah, kamu ngga kesian sama Mamah Al?" ujar Fauzan yang tengah menatap Alnaira. Yang di tatap hanya bisa diam.

"Gak tau Pah, tiba-tiba hp Al mati gitu aja." ucap Alnaira berbohong. Ia takut Fauzan akan lebih marah lagi padanya jika tahu alasan yang sebenarnya.

"Terus yang kemarin telfon Papah siapa? Berarti yang kemarin telfon Papah setan, ya?" sungut Fauzan.

Alnaira merutuki dirinya sendiri. "Al... Lupa Pah, lupa kabarin Mamah sama Papah" ungkap Alnaira yang semakin menundukan kepalanya.

"Pah, udah ya, kesian Al nya" kini Ulfa mengusap punggung suaminya.

"Maafin Al Pah." Alnaira masih menundukan kepalanya.

Lalu suasana kembali hening, Fauzan menghembuskan nafasnya lalu ia kembali menyeduh kopinya. "Udah Papah maafin." ucap Fauzan yang meletakkan gelas kopinya.

Alnaira mengangkat kepalanya dengan mata berbinar "Beneran Pah? Al janji ngga akan ngerepotin Papah lagi."

Fauzan tersenyum lantas menghampiri putrinya dan langsung memeluk Alnaira dengan mengusap pelan punggung Alnaira. Ulfa yang melihat keduanya ikut tersenyum, Fauzan lalu melepas pelukan keduanya.

"Nanti kalo kamu mau membantu seseorang lihat waktu dulu Al, atau kabarin dulu Mamah atau Papah biar ngga khawatir lagi. Setiap hari kamu pulang malem terus, Papah takut kamu kenapa-kenapa, Mamah juga khawatir kondisi kesehatanmu," ucap Fauzan dengan suara yang lembut sambil mengelus rambut Alnaira.

Singgah (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang