PROLOG

483 30 5
                                    

Nyaris tiga jam berada di antara lautan manusia, tidak pernah ada kata bosan saat memperhatikan lalu-lalang orang-orang berkeliaran di sekitar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nyaris tiga jam berada di antara lautan manusia, tidak pernah ada kata bosan saat memperhatikan lalu-lalang orang-orang berkeliaran di sekitar. Beragam adalah definisi yang mampu menggambarkan sosok-sosok tersebut; mereka ada yang datang sendiri, tapi tidak sedikit pula berpasangan. Di antara riuh rendah suara yang menembus gendang telinga, sepasang netra tiba-tiba saja tertuju pada seorang gadis berseragam putih abu-abu. Gadis itu berjalan terseok-seok dengan kedua tangan memeluk beberapa paper bag berlogo toko ternama, mengikuti beberapa gadis yang berjalan mendahuluinya. Sesekali terdengar umpatan dan seruan, meminta si gadis paper bag agar mempercepat langkah.

Dari railing void kaca lantai lima, netra ini terus mengikuti gerombolan gadis tersebut hingga sosok mereka menghilang dari pandangan. Tanpa sadar, bibir pun bergumam, "Perundungan."

Baru saja memutar posisi tubuh menjadi bersandar pada railing void kaca, ponsel yang berada di dalam genggaman bergetar. Sebuah nomor bernama kontak 'Mother' tertera di dalam layar. Tanpa berlama-lama, kutempelkan ponsel di telinga, setelah sebelumnya menggeser ikon hijau.

"Damian, jangan lupa pesan Mama, sesampainya di sana, segera temui—"

"Iya, Ma," potongku cepat, sebelum Mama menyelesaikan kalimatnya. "Aku lagi di mall, cari barang yang Mama minta."

"Nah, itu baru anak Mama. Ya udah, kalau begitu Mama tutup dulu, ya. Hati-hati di sana."

"Hm." Kukatakan kalimat tersebut, sebelum benar-benar mengakhiri sambungan. Tidak sampai lima menit, sepasang kaki bergegas menuruni eskalator guna menyelesaikan misi selanjutnya.

CherishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang