FRAGMEN 7

142 13 0
                                    

Usai bubaran kantor, sore ini kami tidak langsung pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai bubaran kantor, sore ini kami tidak langsung pulang. Mbak Fara mengajak menonton di XXI, karena ada film seru. Saat sebagian besar sudah setuju dan sampai di bioskop, nyatanya perempuan itulah yang tidak bisa ikut serta karena ada janji dinner romantis mendadak dengan sang suami. Ada-ada saja memang. Mbak Fara yang punya rencana, tapi dia pulalah yang tidak bisa hadir.

Ngenesnya, begitu menengok ke kanan dan kiri, bioskop diisi dengan pasangan dari berbagai usia; mulai dari remaja, dewasa, bahkan sampai lansia. Mereka terlihat memamerkan keromantisan, sedangkan rombongan kami seluruhnya berisi laki-laki.

"Tahu gini, nggak bakal mau gue diajakin Mbak Fara," keluh Dimas sambil memeluk popcorn dengan tangan kanan, sedangkan tangan kiri memegang minuman.

"Iya, nih, apes banget, deh," sahut Tyo sambil fokus menatap layar besar di depan sana. Beberapa kali kami mendapat bisik-bisik juga tatapan aneh dari penonton sekitar. Maklum saja, di antara kami berempat, hanya Tyolah yang fokus menonton. Dimas lebih sering mendumel diselingi ngemil popcorn, aku memilih memperhatikan keadaan sekitar, sedangkan Yuda mengusikku dengan pertanyaan seputar Brisha.

"Shuuut," desisku, karena menyadari orang-orang mulai terganggu dengan aktivitas kami. Desisanku memang ampuh; lima menit mereka diam, tapi lima menit kemudian kembali berisik. "Gini nih kalau yang jomlo pada ngumpul."

"Gue nggak jomlo, ya, Jon. Cuma lagi seleksi aja mana cewek yang paling oke, di antara deretan cewek yang ngejar gue," bantah Yuda tak terima.

Tyo dan Dimas pun sepertinya tersinggung, mereka yang duduk berdampingan secara kompak melempariku dengan popcorn, kemudian bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Sepertinya di antara kami berempat hanya aku yang masih waras. Lihatlah Dimas dan Tyo, keduanya kini terlihat sibuk mengomentari adegan serta akting para pemain film. Barang pasti suara mereka mendapatkan delikan tajam dari penonton sekitar, tapi keduanya bersikap seolah tak peduli dan kembali melanjutkan aktivitas menjadi komentator dadakan.

"Habis dari sini, kita mampir ke tempat karaoke, yuk. Daripada galau, nanti minta ditemenin LC, LC yang gemesin," bisik Yuda antusias dengan pandangan menerawang langit-langit bioskop, pasti sudah membayangkan hal-hal tak senonoh yang akan dilakukan di tempat karaoke. Terbukti, setelahnya pemuda itu terkikik sambil menutup wajah malu-malu.

"Ogah. Kalau mau, lo pergi aja sama Dimas, Tyo," jawabku menolak mentah-mentah usul Yuda. Malas saja. Bila sudah dari tempat karaoke, ketika masuk kantor, pemuda itu pasti akan heboh karena merasa menjadi rebutan para pemandu lagu. Kemudian dia akan memamerkan diri sebagai laki-laki penakluk perempuan.

"Nih lihat, ya, mereka pasti mau kalau gue yang ajak." Yuda merogoh ponsel, kemudian mengirimkan sebuah pesan di grup Ikan Lele yang merupakan akronim dari kata ikatan laki-laki lucu dan kece. Awalnya grup—yang dibuat oleh Mbak Fara—tersebut diberi nama Pinky Squad, tapi berhubung perempuan tersebut tidak turut serta dalam acara kali ini, Yuda langsung mengeluarkannya dan mengganti nama grup.

CherishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang