Bolos

88 10 0
                                    

"Jika bodoh menyelamatkan, kenapa harus memenuhi ambisi yang bisa membunuh?"

***

Valta melangkahkan kakinya memasuki rumah. Ini belum terlalu malam untuk pulang. Baru jam delapan malam.

Plak

Tamparan itu ia dapatkan dipipinya. Sakit? Tidak. Hanya seperti gigitan semut bagi Valta.

"Kamu gak bisa ngerjain hal sekecil ini? Cuma jagain Alana aja kamu gak bisa?" Suara dingin dengan nada tegas itu memasuki pendengaran Valta.

Valta mendongak, menatap pelaku yang baru saja memberikan cap lima jari diwajahnya.

"Apa kamu merasa sulit untuk hal sekecil ini? Jika iya katakan pada saya." Aura yang dikeluarkan Helena tak bisa disepelekan. Tapi yang berdiri didepan wanita ini adalah Valta, dia Valta.

"Lain kali."

"Bodoh! Setelah saudaramu terluka baru kamu katakan lain kali? Ini sudah kali keberapa kamu berjanji?"

Valta mengalihkan pandangannya sebentar kearah tangga. Disana ada Bara yang berdiri dengan wajah datar andalannya. Walau datar, ada yang cowok itu sembunyikan dibaliknya.

"Bukan janji." Jawab Valta kembali menatap mata Helena. Ia menyelami mata berwarna biru safir yang kini menatapnya amat tajam.

"Kamu terlalu urakan Valta! Setiap kali saya bicara selalu kamu jawab." Ucapan tegas Helena layangkan kepada Valta.

"Ingat, jangan makan sebelum les kamu selesai." Helena langsung meninggalkan Valta setelah mengucapkan kalimat terakhirnya.

Valta yang ditinggalkan pun tidak ingin ambil pusing, ia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Tentu bukan tangga yang dekat dengan Bara, tangga dirumah ini ada dua. Jadi tidak harus berjalan didekat Bara untuk menuju kamarnya. Lagipula berada didekat cowok itu, terasa sangat asing bagi Valta.

Kamar dengan warna dominan dongker menyambut netra tajam milik Valta. Ia melangkahkan kaki memasuki kamarnya. Melempar tas secara asal, lalu menuju meja belajarnya. Tangan gadis itu meraih map yang berisi lembaran kertas hasil ulangan-ulangan hariannya.

36.

Nilai tertinggi dari semua kertas yang ada. Seharusnya, melihat dikelas mana ia berada nilai sebanyak ini tentunya sudah cukup lumayan.

Map ini tentunya bukan Valta yang mengumpulkan. Kurang kerjaan sekali gadis itu mengumpulkan lembaran ulangan hariannya. Bahkan jika bisa ia akan membuangnya ke tempat sampah begitu saja. Tak menerima pun juga tak apa. Tapi lagi-lagi Helena memegang kendali penuh atas sekolahnya. Apa dan bagaimana, wanita itu hanya tahu kalau ia harus meningkatkan nilai.

Terlambat.

Ingin Valta katakan kata itu kepada wanita yang melahirkannya. Namun setelah dipikir-pikir, untuk apa? Apa itu berguna?

Semester dua kelas 12, tentu tidak banyak lagi waktu yang tersisa. Tidak lama lagi mereka akan digempur dengan berbagai macam ujian yang memecahkan kepala.

Ceklek

Pintu kamarnya terbuka. Menampilkan Alana yang membawa nampan ditangannya.

"Gue tahu lo belum makan, jadi gue bawain makanan." Alana mendekat kearah Valta. Ia meletakkan makanan itu diatas meja.

Valta melirik sekilas, lalu ia beranjak menuju lemari untuk mengambil baju.

"Gue udah makan, lo bawa aja." Ucap Valta ringan.

Loving Stupid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang