"Satu ruang mempertemukan kita yang asing. Memberikan kesempatan yang tak pernah dimanfaatkan. Kita, berakhir menjadi siapa aku, dan siapa kamu."***
Valta menatap sekeliling kamar dengan lamat. Ini bukan kamarnya. Sejak lima belas menit lalu ia tersadar, ia mendapati dirinya sudah berada dikamar ini.
"Kakak makan dulu." Pandangan Valta teralih kepada sosok remaja perempuan buang mendekat kearahnya dengan membawa sebuah nampan.
Gadis itu yang sudah menolongnya. Itu yang bisa Valta simpulkan. Melihat sekilas, wajah gadis itu terlihat pucat dan juga sedikit kurus.
"Gak usah." Balas Valta singkat.
"Kasian loh perut kakak. Ini udah jam sepuluh malam. Perut kakak butuh makanan." Gadis itu mendekat dan duduk disudut kasur.
"Maaf kak, dirumah aku cuma ada ini."
Valta menatap gadis yang ia taksir berumur 15 tahun disampingnya. Gadis itu menampilkan wajah sesal dan juga sungkan diwaktu yang bersamaan.
Sepiring nasi dengan satu butir telur ceplok. Tak lupa kecap yang berada di wadah kecil dipinggir piring. Tak masalah dengan apapun menunya, Valta bergerak mengambil piring dari atas nampan yang remaja itu bawakan.
"Lo udah makan?" Baru saja hendak menyuapkan nasi kemulutnya, satu pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir Valta.
"Udah kok kak," jawab gadis itu sambil tersenyum tipis.
"Sini." Titah Valta yang dibalas tatapan bingung gadis muda tersebut.
"Deketan sini." Ulang Valta, walau bingung gadis itu tetap mendapat kearah Valta. Naik keatas kasur dan bersila disana.
Sendok yang sudah berisikan nasi dan telur ceplok itu Valta sodorkan kearah remaja didepannya.
"Ini untuk kakak." Tolak gadis itu.
"Makan." Titah Valta yang tak dihiraukan gadis didepannya.
"Gue tahu lo belum makan, jadi ayo makan bareng." Jelas Valta.
"Enggak, buat kakak aja." Tolak gadis itu.
"Lo simpan aja nasinya lagi."
"Ya-yaudah, kita makan bareng."
Valta mengangguk. Ia menyuapi gadis remaja didepannya itu terlebih dahulu. Baru ia menyuapkan makanan kemulutnya.
"Lo tinggal sendiri?" Disela-sela kegiatan nya menyuapi remaja didepannya, Valta melontarkan pertanyaan yang berseliweran dipikirannya.
"Enggak, ada kak Ale juga." Dengan mulut yang terisi gadis itu menjawab.
"Lalu, kenapa lo sendirian?"
"Kak Ale kerja kak."
"Malam-malam begini?" Tanya Valta tak yakin.
"Iya. Bahkan kadang-kadang subuh baru pulang kak." Jawaban gadis itu diangguki Valta.
"Nama kakak siapa? Aku Leana, kakak bisa panggil aku Ean."
Berpikir sejenak, Valta menatap gadis yang bernama Leana tersebut. Pipi gadis itu nampak tirus jika dilihat dari jarak dekat seperti ini. Matanya juga memiliki sedikit cekungan.
Valta sedikit penasaran, tapi ia simpan pertanyaan dikepalanya.
"Valta." Jawab Valta.
"Wow, nama kakak unik." Kagum Leana.
"Aku panggil kak Alta, boleh?" Pertanyaan itu diangguki Valta.
Melihat nasi dipiringnya sudah habis, Valta meletakkan kembali piring itu keatas nampan diatas meja samping kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Stupid
Teen FictionNamanya Valta, murid bodoh yang ditampung secara sukarela oleh Nawasena. Baginya, hidupnya adalah milik dirinya sendiri. Ia mungkin bodoh, tapi tak ada satu orangpun yang bisa membuatnya terintimidasi. Tak ada satupun orang yang bisa memerintahnya...