"dengan tulus mencitai seseorang dan mengorbankan perasaan tanpa pengungkapan lalu yang di cintai mencitai yang lain dan pergi tanpa selamat tinggal."
Rasyafa Nadira altalend
Lahir, 27-06-2003Wafat, 23-11-2017
"Lu gak salah baca kok." Ucap Bima, Gisa menoleh lalu menggeleng tidak percaya.
Bima manaruh buket bunga tulip tersebut di batu Nisa yang tetera nama Rasyafa Nadira Altalend, lalu membersihkan gundukan tanah tersebut. Gisa menumpu kakinya lalu ikut membersihkan, Gisa terdiam ia tidak bisa mengeluarkan kata-kata, saat ini banyak pertanyaan yang ingin Gisa tanyakan kepada Bima tapi mulut dan hatinya belum sinkron.
"Lu gak usah kaget, gue bawa kesini karena mau cerita aja, supaya entar gak kaget lagi tau fakta." Ucap Bima, Bima masih mengelus batu nisan tersebut.
"Dah lah lama ya gue gak kesini Sya, kenalin gue bawa temen kembaran lu namanya Gisa Anasya Senja, lu tau dia disuka sama kembaran lu dan gak lupa sama sahabat kembaran lu atau orang tercinta lu termasuk gue." Ucap Bima jujur, Gisa belum paham maksud perkataan Bima yang terlontar tadi. Gisa cukup terkejut saat Bima menyebutkan nama lengkapnya, tau darimana dia? Pikir Gisa.
"Gisa" panggil Bima, Gisa menoleh tanpa bicara saat ini pikirannya ngeblank.
"Lu mau suatu fakta?" Gisa hanya mengangguk, Bima tersenyum tipis.
Bima mengambil posisi duduk sila, ia tidak takut kotor. Bima hanya memandang batu nisan Rasya cukup lama sebelum ia mengeluarkan kata-kata untuk didengar oleh Gisa. Gisa pun ikut mengambil posisi duduk sama seperti Bima, untuk mendengarkan cerita Bima.
"Dulu gue, Jayden, Gio, Rafka, Yanka, sama Rean temen atau lebih dikata sahabat tapi gue lebih akrab sama Yanka sama Rean yang lain cuma sebagai temen tongkrongan. Sebenarnya deathwolf itu bukan Rean yang bangun ada orang dibalik itu semua dan sekarang deathwolf ada ditangan Rean, gue sebenernya gak terima kalo deathwolf jatuh di tangan si Rean makanya gue bangun sendiri geng dan gue bakal rebut deathwolf dari tangan Rean" Ucap Bima, Bima menoleh ke arah Gisa yang rupanya serius mendengarkan. Gisa berpikir mungkin ada sesuatu yang membuat Bima sangat ingin merebut deathwolf hingga membuat dirinya ada dendam dengan Rean.
"Dulu gue pas SMP main bareng mereka terus, kemana pun dan ya kembaran Yanka atau si Rasya yang lu kenal pastinya selalu ikut juga. Lu pasti bingung kan kenapa gue bisa tau tentang lu?" Gisa hanya mengangguk mengiyakan, Gisa penasaran.
"Lu inget pas ketemu sama gue di supermarket? Sepulang dari sana gue nyari info dan ya gak susah dapetin itu semua." Bima smirk tanpa sepengetahuan Gisa. Akhirnya Gisa tidak terlalu penasaran lagi karena yang membuatnya penasaran sudah terungkap dan tanpa curiga terhadap pembicaraan Bima.
"Gue sama mereka sering main bareng, pokoknya kemana pun selalu bareng kadang yang lain ikut juga, apalagi pas ke panti asuhan kasih bunda semuanya ikut. Gue seneng bisa bareng-bareng mereka. Tapi itu dulu sebelum kajadian yang harus merenggut nyawa Rasya." Gisa melihat Bima mengepalkan tangannya, mungkin menahan emosi. Gisa sama sekali tidak memotong cerita Bima.
"Sebelum pulang dari panti, kita sempetin main di rumah pohon yang dibuat oleh ayahnya Rean dulu. Saat itu Rean, Yanka sama Bagas anak pemilik panti itu pergi ngambil sesuatu ke rumah. Gue sama Rasya masih di atas rumah pohon." Bima menghela nafas, mungkin berat untuk Bima melanjutkan ceritanya tapi Gisa tidak bisa memaksa dan Gisa hanya mengelus bahu Bima.
"Gue gak apa-apa masih sanggup buat cerita" ujar Bima yang tau bathin Gisa.
"Rasya cerita kalau dia mau nyatain perasaannya sama Rean, gue kaget rupanya orang yang gue suka itu suka sama temen gue. Tapi gue netralin wajah gue buat gak terlalu kaget. Gue gak nyangka rupanya si Rasya suka sama Rean, jelas aja kalau Rean banyak yang suka termasuk Rasya."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐢𝐬𝐚𝐫𝐚 [On Going]
Teen FictionDILARANG KERAS PLAGIAT‼️ ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Pertemuan awal yang sangat membangongkan untuk geng DEATHWOLF, seorang gadis mengalahkan TUJUH orang lawan dari geng DeathWolf. Ketua dari geng Deatwolf pun tercengang dengan pertunjukan yang...