03.Senin dan kenangan nya

26 7 1
                                    

Hari ini Senin, seperti biasa Bu Tuti, guru ter killer di sekolah ini sedang berjalan jalan di dekat gerbang sekolah, dia adalah wakil kesiswaan, tentu saja masalah mengurus siswa yang terlambat sudah menjadi bagian dari tugas nya.

"Seluruh siswa yang terlambat masuk ke barisan ini," suara lantang milik Bu Tuti menyadarkan Sabina akan keterlambatan nya, ia nyaris berlari ke arah barisan itu.

Sabina bersyukur karena hari ini masih banyak yang telat masuk, seenggak nya Sabina ngga sendirian menghadapi hukuman 2 jam pelajaran yang sudah menjadi peraturan ketat disekolah dengan akreditasi A ini.

Sementara seorang lelaki dengan kepala yang di tutupi Hodie berwarna Dodger Blue itu melenggang masuk tanpa merasa bersalah.

Bu Tuti berteriak saat melihat siswa laki-laki itu, "hei sini kamu." Bu Tuti melotot ke arah nya, "buka jaket kamu sekarang!" serunya.

Dia, lelaki dengan Hodie berwarna Dodger Blue itu membuka penutup kepalanya, lalu dengan sigap membuka Hodie nya, meninggalkan seragam putih yang nyaris sudah lusuh kekuningan itu, bagaimana tidak sudah hampir tiga tahun ia bersekolah di sini.

"Kamu lagi, kamu lagi, udah kelas 12 tapi bandel nya luar biasa." Omel Bu Tuti saat mendapati Sabang, yang lagi-lagi terlambat masuk sekolah.

"Jam berapa kamu bangun tidur?!" tanya bu Tuti.

"Lima bu" jawab Sabang dengan senyum yang mengembang. Sabang ini selalu santai dalam menyikapi sesuatu. Untuk siswa kelas 12 seperti dia seharusnya memperbaiki sikap, dan mulai menata masa depan, tapi tidak, Sabang seolah tidak peduli dengan pendidikan nya.

"Terus kamu kenapa telat?"

"Biasa bu panggilan alam, tiap mau berangkat eh kerasa ya udah dari pada jadi penyakit, mending di buang iya kan Bu" jawab Sabang, lagi -lagi di iringi dengan cengengesan nya. Beberapa siswa disana diam-diam juga ikut tertawa mendengar penuturan nya.

"Sudah, sudah, sana kamu masuk barisan!!" titah Bu Tuti.

Sabang pasrah, dan akhirnya ia berbaris di barisan nya, sementara Sabina lagi-lagi terpaku pada laki-laki bermata elang itu.

"Khusus kelas 11 dan 12 bersihkan bagian taman belakang sekolah, khusus kelas 10, siram bunga yang ada di sepanjang ruangan guru ini." titah Bu Tuti.

"Khusus Sabang, setelah melaksanakan hukuman, lapor ke ruang BK." Tegas bu Tuti, dibalas anggukan oleh Sabang.

Barisan itu bubar seketika, Sabina satu satunya kelas 11 yang terlambat segera menuju taman belakang sekolah.

"Duh, sendiri lagi, sendiri lagi, padahal tadi udah semangat banget, karena banyak yang telat jadi ada yang bantu, eh taunya malah di bagi-bagi gini" celetuk Sabina, ditengah kegiatan mencabut rumput liar nya.

"Ngga usah ngeluh," sebuah suara mengagetkan Sabina.

Sabina menoleh, seolah takdir tengah kembali menunjukkan dukungan nya, untuk ketiga kalinya Sabina di pertemukan dengan Sabang, ya dengan Sabang Mahendra, lelaki yang menjadi penasaran nya saat ini.

"Kenal gue kan?" Sabang bertanya pelan.

Sabina hanya mengangguk, dalam hati ia merutuki dirinya karena tiba-tiba dada nya merasa sesak dan suara nya seolah tercekat.

"Lo sakit?" tanya Sabang, sambil menaruh punggung tangan nya di kening Sabina.

"Eh," Sabina yang kaget segera menepis tangan Sabang.

"ngga panas" gumam Sabang setelah itu.

"Aku sehat ko, lagian tangan kaka kan kotor kenapa ditempelin segala ke jidat aku" omelnya.

Hello Sab!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang