09.Terima Kasih

34 8 4
                                    

"Nangis aja Sab,aku stay disini ko " ucap nya gugup.

***

Semua orang disekolah itu sedang sibuk membersihkan lingkungan sekitar, karena hari Senin siswa kelas 12 akan melaksanakan Ujian kelulusan. Semua siswa turut serta dalam kegiatan gotong royong tersebut, begitu pun dengan Sabina dan Maren yang sedang fokus membersihkan kaca jendela kelas nya.

"Sabina disini di lap juga dong" ucap Teguh, iseng mengganggu Sabina yang sedang fokus bekerja.

"Ini nih belum bersih" sekali lagi Teguh melakukan aksi ganggu mengganggu nya, namun Sabina hanya diam mengikuti perintah Teguh.

"Bina, yang rajin dong, dibawah bawah ini nih liat masih kotor" lagi-lagi Teguh mengulang kalimat nya, tapi Sabina masih tetap diam, entah dimana kini pikiran nya berkelana.

Sementara Maren yang sudah muak, melempar kain lap kacanya ke wajah Teguh, yang membuat si empunya wajah mendengus sebal.

"Ganggu aja lu, kerja sono" sarkas nya.

Maren menatap Sabina, dan
menyenggol lengan nya pelan.
"kenapa bi?" tanyanya, namun belum sempat mendapat jawaban dari pertanyaan nya, Maren malah ditinggal oleh Sabina, ia melihat punggung Sabina yang mulai menjauh karena berlari,entah mengejar apa sahabat nya itu kali ini.

***

Sabina berlari mengikuti dua orang yang juga sama berlarinya seperti dirinya, dua orang itu seperti main kejar-kejaran, sampai pada akhirnya disebuah rooftop sekolah mereka, dia melihat dua orang yang sangat ia kenali.

Ka Sabang? Ka Aruna? batinnya

"Nangis aja Sab, aku stay disini ko "

sayup-sayup ia mendengar suara dari seorang perempuan yang tengah memeluk seorang laki-laki dari belakang itu, nafas nya tercekat, mata nya seolah panas, ada hancur yang mulai terbangun disana, dihatinya.

Saat ia mulai melangkah mundur, menyesuaikan ritme hatinya, seseorang seolah-olah mulai menahan nya untuk pergi, tiba-tiba.

"tolong...jangan tinggalin gue...," lirih nya. "TOLONG JANGAN PERGI!!! jangan pergi...." teriak nya.

Sabang merasakan dadanya meledak saat mengucapkan kata-kata itu, di lepaskan nya tangan Aruna yang melingkar di pinggang nya itu lalu mulai menoleh kebelakang menatap lurus kearah Sabina.

Aruna menatap heran ke arah mereka, ya seharusnya dia paham, seharusnya dia mengerti sejak awal bahwa dua orang manusia yang ada di hadapannya ini bukan hanya sekedar teman, ya bukan hanya 'teman'

Sabang berjalan mendekati Sabina, yang masih mematung di tempatnya.

"Jangan tinggalin gue...." bisiknya, setelah itu menyandarkan kepala nya ke pundak Sabina, yang berada di depan nya itu.

Sabina berusaha menguasai dirinya.

"Sabina nggak akan ninggalin ka Sabang...," Sabina mengusap pelan punggung Sabang, mencoba menenangkan hatinya dan juga Sabang.

"Gue sayang sama lo Sabina, gue sayang...."

"Iya.... Terima kasih, Ka Sabang... Terima kasih...."

****

Sabang memejamkan mata nya, menunggu beberapa saat setelah kepergian mama nya, sepulang sekolah tadi wanita yang di sebut "mama"-oleh nya itu mengunjungi nya,bukan untuk mengobati rindu, tapi untuk mengingatkan betapa ia memiliki ibu yang sangat jauh dari kata 'ibu'.

Bayang-bayang masa lalu seolah berputar di kepalanya, rentetan peristiwa yang ia yakini sebagai sesuatu yang harus menghilang dari takdirnya itu kembali menghantuinya.

Seperti sebuah film pendek hitam-putih ingatan tentang masa lalu itu kembali datang menghantui nya.

Film pertama menayangkan seorang anak laki-laki yang tengah berjalan buru-buru menuju sebuah rumah.

Lalu film berpindah dimana anak laki-laki kecil itu di marahi oleh ibunya.

"Kamu udah di bilangin jangan keluyuran, masih aja ngga mau dengerin mama!!" Seorang anak kecil yang baru saja pulang dengan peluh di sekujur tubuhnya, menggigil ketakutan.

"kamu sama ayah kamu sama aja, bikin susah, kapan kamu bisa nurut sama saya, KAPAN HAH?!!" teriak wanita itu.

anak kecil itu hanya menutup wajah sambil terisak.

Kemudian film berpindah ke sebuah tempat dimana saat itu hujan lebat membasahi kota, anak laki-laki kecil tengah berdiri tanpa payung di depan sebuah toko buku, menatapi
buku-buku yang berjejer rapi disana,  pemilik toko mengusir nya, lalu dia berlari namun malang nya ia terjatuh mencium aspal.

Sebuah tangan kecil menggapai nya.

Lalu film kembali ke rumah tadi, kali ini anak laki-laki itu terlihat menangis ketakutan di dalam kamar mandi, sambil terduduk di lantai.

Ayah anak laki -laki itu pulang, menemukan putranya yang menangis.

Perempuan dan laki-laki yang terlihat sudah tidak muda lagi itu bertengkar hebat

"Wanita gila, tega-teganya kamu mengurung anak kamu sendiri di kamar mandi"

"Gila? Lebih gila mana saya yang ngurung anak ini di kamar mandi, atau kamu yang selingkuh?!!!."teriak nya."

"Saya ngga selingkuh!!!"

"Alah alasan, gara-gara anak ini juga anak perempuan saya meninggal, anak saya" tunjuk nya pada anak laki-laki yang tengah berlindung di balik ayahnya itu.

"Kamu yang ngga becus jadi ibu"

"Nggak, nggak kamu yang nggak pernah becus jadi ayah dan suami, kamu!!" tunjuk nya pada pria itu.

"Cukup!!"

"Kamu lihat saya," ucap nya pada anak laki-laki nya itu dengan mata yang berkaca-kaca, " Saya benar-benar lelah, saya menderita, sudah cukup!" raungnya sambil menepuk dada nya, seolah menunjukkan bahwa apa yang ia alami itu sangat menyakitkan.

"Saya ingin pisah!!!" ucap nya sembari mengambil koper yang rupanya sudah ia persiapkan sejak lama.

Film berpindah lagi ke halaman rumah, dimana anak laki-laki itu mengejar perempuan tadi.

"Ma" panggilnya, tapi perempuan itu tetap berjalan.

"Ma" lagi, perempuan itu tetap tidak menoleh.

" Maa balik maa " teriaknya terus mengejar sampai mama nya itu masuk kedalam sebuah mobil dan meninggalkan nya sendirian.

Dia terus berlari sampai kaki kecil nya lelah untuk mengejar, "Mama, Sabang sayang sama mama" bisiknya.

Dring..
Dring..

"Hufttt..."tarikan napas yang tidak beraturan itu ia rasakan. Hari sudah pagi, bunyi ponsel tadi membangun kan nya, ia pun meraih ponsel nya yang ada di atas nakas, di lihat nya nama penelepon, rupanya Sadika.

"Halo bang ,kosan gue kebakaran"

Sabang menutup panggilan nya lalu segera berangkat menuju kosan sahabat nya itu.






Nggak tau kenapa terkadang dunia emang selucu itu..

Hello Sab!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang