Ruangan serba putih itu kini di isi dengan tangisan tak terbendung dari seorang perempuan yang jika di lihat dari wajahnya menggambarkan garis wajah wanita berumur 50 tahunan.
Raden, berlari tergesa-gesa setelah mengetahui ruangan tempat Risa berada. Dia menatap seorang perempuan yang sedang menangis sesenggukan itu, ya dia adalah ibu dari gadis yang bernama lengkap Risa Audrey itu, gadis yang sempat ia cintai dulu.
Raden mengetuk pelan pintu itu,lalu segera masuk kedalam. Bu Ratih,mama gadis itu beranjak pelan dari duduknya, sambil memegangi sebuah tongkat.
"Ma duduk aja, ini Raden." Ucapnya seraya memajukan langkah nya menuju bangsal hijau tempat Risa berada.
"Risa kenapa bisa masuk rumah sakit ma?"
"mama juga nggak tau Raden, tadi malam Risa mengeluh kalau kepala nya sakit, mama ngga bisa lihat keadaan Risa secara langsung,
kebetulan salah satu tetangga kami ada yang berkunjung dan saat itu mereka yang bantuin bawa Risa ke rumah sakit." ujar Bu Ratih."Mama, memang ngga berguna buat Risa"
Raden terenyuh saat mendengar penuturan Bu ratih barusan, dia berusaha menenangkan perempuan yang tampak sudah kelelahan itu.
"Ma, jangan ngomong gitu ya, Risa pasti bakalan sehat lagi."
"Andai mama ngga buta ya, mungkin Risa lebih banyak mendapat perhatian secara langsung dari mama"
"Tuhan selalu tau yang terbaik untuk kita ma, mama yang tabah, kita sama-sama berdoa untuk kesembuhan Risa ya ma."
***
Hari sudah mulai gelap, sudah dipastikan mereka tidak akan jadi berangkat ke Jogja.
Sabina masih menemani bunda nya di ruang tamu, sementara ayah sudah lebih dulu masuk kedalam kamar.
"Ka Raden ko lama banget ya Bun?"
"Kita do'a aja ya sayang" ucap bunda, walaupun terselip khawatir di hatinya.
"Na, kamu kalau ngantuk masuk aja duluan ke kamar"
"Bunda?"
"Bunda masih mau disini sampe Kaka kamu pulang."
"Bina masuk duluan ya Bun, nanti kalau ada apa-apa panggil bina aja"
"Iyaa"
Sabina masuk kedalam kamar, ia tidak tidur terlebih dahulu, dia memberi kabar pada sahabat nya Maren, bahwa ia tidak jadi berangkat.
"Terus gimana? ngga jadi dong ketemu bang Sadam?"
"Iya gitu deh"
"Emang nya Risa ini siapanya ka Raden Bi?"
"Temen sih, cuma ya gitu dulu ka Raden sempet kagum banget gitu sama dia "
Maren ber 'oh' ria di seberang sana.
"Sabang gimana Bi?"
"Ngga tau mungkin lagi belajar, kan besok ujian"
Sebenarnya Sabina ingin sekali menghubungi lelaki itu, tapi dia takut kalau panggilan nya hanya mengganggu konsentrasi Sabang.
Sementara Sabang, masih terbaring malas di tempat tidurnya.
"Lo nggak makan dulu Sab?" tanya Dika.
"Lo masak?" Sabang bangkit dari tidurnya.
"Mie sih, doyan?"
"Pake nanya, ayok makan!" Serunya.
Keduanya kini berada di meja makan, suara piring dengan sendok mengudara, tapi dua orang sahabat ini masih sibuk dengan pikiran masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Sab!!
Teen FictionSetiap pertemuan pasti memberikan dua hal satu pengalaman dan satu lagi pelajaran