04.Hujan kala itu

31 7 4
                                    

Hujan menyapa bumi dan menghadirkan bulir-bulir keindahan nya. Suasana sekolah ini mulai menyepi bersamaan dengan jam pulang sekolah. Beberapa dari mereka yang sadar dan selalu bersiap akan hujan mengeluarkan jas hujan atau payung nya.

Sabina dengan payung biru yang melindungi tubuhnya dari hujan itu berjalan lambat melewati rintikan hujan, takut-takut seragam nya nanti terkena cipratan air yang tergenang di jalanan itu.

"Sabina Aurellya," sosok yang belakangan memenuhi isi kepala Sabina tiba-tiba muncul di sebelah nya, tubuh nya yang sudah mulai basah itu meneduh di bawah payung Sabina.

"Boleh kan?" pintanya.

Sabina mengangguk dan memberi sedikit ruang untuk Sabang di sebelah nya agar tubuh mereka tidak terkena hujan.

"Motor ka Sabang kemana?" tanya bina penasaran, pasalnya Sabang yang ia kenal selalu membawa motor RX King nya kemana pun ia pergi.

"Di bengkel, rusak." jawabnya seraya mengambil alih pegangan payung dari Sabina,"capek nunduk gini, aku aja yang megang ya?" pintanya.

Sabina membalas dengan anggukan, memang tinggi Sabang dan Sabina cukup jauh, tinggi Sabina hanya mencapai pundaknya Sabang.

"Kalau mau hujan nya berhenti harus baca mantra dulu Sab" celetuk Sabang, sembari menatap manik mata Sabina.

"Mantra nya apa?" Sabina ikut tersenyum saat mendapati Sabang tersenyum menatap nya.

"Mantra nya,"Sabang menggantung kalimat nya, lalu berteriak keras mengatakan,"Sabina punya nya Sabang." teriak Sabang.

Sabina menoleh kaget, reflek menutup mulut nya Sabang.

" Ka!" serunya.

"Tapi beneran deh" Celetuk Sabang,

'beneran,apa Ka?"

"Beneran kalau aku mulai naksir sama kamu Bi." Ujarnya.


Sabang,kamu manusia yang bagaimana? lagi-lagi aku jatuh pada kata jatuh dan cinta, tapi aku cuma mau cinta bukan jatuhnya.

***

"Sabang," suara seseorang dari belakang menghentikan langkahnya, Sabang menoleh mendapati Bu Sila di belakang nya.

"Ada apa Bu?"

"Sabang, sudah ibu sampaikan kan, kalau kamu belum bisa masuk tanpa ada orang tua kamu yang menemui ibu atau ibu Tuti di ruangannya."

Sabang mengangguk, "tapi ayah saya belum pulang melaut bu, akhir bulan baru pulang, saya juga ngga bisa di rumah terus dan ketinggalan pelajaran, karena Minggu besok sudah mulai ujian" terang Sabang.

"Ibu sudah tidak bisa membantu, tapi kalau bisa hubungi mama kamu, supaya bisa datang menemui ibu." Pinta Bu Sila.

"Tapi mama saya ngga bakalan datang Bu." Sabang menunduk, ada guratan kesedihan yang terlihat jelas di mata anak itu, Bu Sila pamit dan meninggalkan Sabang yang masih mematung ditempatnya.

****

Sabina membawa sekotak cookies untuk ia berikan pada Sabang, semenjak kejadian kemarin Sabina ingin selalu ada di dekat Sabang.

"Sabiiii, buat sapa tuuu" Maren mengintip kotak berwarna biru itu, lalu berniat menyomot satu buah cookies, namun tangan nya di tepuk pelan oleh Sabina.

"Ishh, Buat kamu yang ini," Sabina mengeluarkan kotak kecil transparan yang berisi cookies itu pada Maren.

"Asiikk, Sabina maniez timakasiii yaa"

"Bagi ke Sisi ama Rani ya Ren,"

"Iya iya Bii" sahutnya.

Sabina beranjak dari duduknya, lalu menutup kembali kotak kue itu. Baru saja ia melangkah ke luar kelas, tiba-tiba Aldo si ketua OSIS itu menghalangi jalannya.

Hello Sab!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang