"kamu pilih ayah atau bunda?"
Seorang anak kecil tengah berdiri di antara kedua orang tua nya yang saat ini menghadap nya.
Matanya memerah akibat menangis, dia baru saja menyaksikan pertengkaran kedua orang tua nya.
"Bunda~" rengek nya ia berlari kearah ibu nya dan memeluknya.
"Sssttt gapapa sayang, jangan nangis lagi ok? Ada bunda di sini"
"Lili takut bunda~"
"Jangan takut sayang, ga ada yang perlu kamu takutin"
"Lili.." panggil seorang pria, ia berjongkok untuk menyamakan tinggi nya dengan sang anak. Namun anak itu semakin membenamkan diri di pelukan sang ibu.
Terlihat wajah kecewa di mata pria tersebut, tapi sebisa mungkin dia tersenyum dan berbicara pada sang anak.
"Maafin ayah ya sayang? Maaf karena ayah belum bisa jadi ayah terbaik buat kamu. Maafin ayah juga karena ga ada waktu buat lili. Ayah benar-benar minta maaf sayang, lili mau kan maafin ayah dan tinggal sama ayah?" Ia berkata dengan lembut sambil menatap harap pada sang anak.
Dia diam.
"Lili? Sayang?"
Namun, tidak ada sahutan apapun selain suara tangis dari anak kecil tersebut yang membuat ibu anak itu khawatir, namun tiba-tiba saja anak itu berteriak.
"GA! LILI GA MAU MAAFIN AYAH! AYAH JAHAT! LILI BENCI SAMA AYAH! AYAH UDAH GA SAYANG LAGI SAMA LILI, AYAH JAHAT!!"
"Lili ayah ga ber-"
"Udah mas, mending kamu pergi dari sini!" Potong ibu dari anak itu tanpa menatap pria itu.
"Baiklah! aku harap kamu dan lili maafin aku. Aku tahu kesalahan yang ku buat memang sangat patal, dan aku benar-benar minta maaf! Jaga lili untuk ku!" Ucapnya lemah.
"Tanpa kamu minta pun aku akan menjaga putri ku sendiri!" Sahut nya datar.
"Semoga kalian bahagia"
"Pasti!"
"Kalau begitu aku pamit!" Ucapnya pada wanita yang sebentar lagi menjadi mantan istrinya.
Lalu ia melihat kearah arah anak nya, "Lili, ayah pergi dulu ya? Lili jagain bunda. Lili jaga kesehatan jangan sampai sakit, ayah sayang sama kalian!"
Dengan berat hati pria tersebut pergi meninggalkan rumah tersebut meninggalkan ibu dan anak yang saling berpelukan.
Setelah pria itu benar-benar pergi, wanita itu menangis sejadi-jadinya. Bahkan anak nya pun ikut menangis hingga akhirnya wanita tersebut jatuh pingsan.
"BUNDA!"
Di sebuah ruangan bercat putih, seseorang tengah berbaring dengan mata tertutup.
Jari tangannya yang di infus bergerak, perlahan-lahan matanya mulai terbuka. Namun cahaya membuat nya kembali menutup matanya.
Perlahan dia mulai menyesuaikan penglihatan nya. Bola memutar mengelilingi seisi ruangan.
Ruang inap, rumah sakit. Tebak nya.
Dia adalah Lexza. Sudah dua hari dia tidak sadarkan diri akibat kehabisan darah.
Baru saja dia ingin bangun, tapi sesuatu di belakang punggung nya membuat nya menggeram. Itu sangat sakit sekaligus perih.
Pintu ruang inap nya terbuka, nampilkan seorang wanita setengah baya yang berpenampilan elegan dan terlihat sangat muda.
Gurat lelah di wajahnya seketika hilang setelah memasuki ruangan itu, tapi seketika raut wajahnya menjadi khawatir melihat Lexza yang tengah kesakitan.
"Sayang"
Lexza melihat kearah suara tersebut. Ia memejamkan matanya merasakan rasa sakit yang amat menyiksa nya di punggung.
"B-bunda" ucap nya lemah. Bibirnya kering akibat dehidrasi.
"Hai kamu kenapa? Apa yang sakit sayang? Bilang sama bunda" paniknya.
"Punggung ku-"
"Sebentar bunda panggil dokter dulu"
Belum sempat Lexza mencegah bundanya, wanita itu sudah berlari keluar dan memanggil dokter. Dia bahkan melupakan tombol emergency di samping hospital bed Lexza.
Tidak lama bunda Lexza dan seorang dokter serta perawat datang.
Dokter tersebut pun memeriksa keadaan Lexza.
Anera Margaretha, bunda Lexza. Pemilik sebuah hotel bintang lima yang mewah dan istri dari seorang pengusaha.
"Bagaimana keadaan anak saya dokter?" Tanya khawatir.
Lexza sudah kembali tertidur akibat obat bius yang di berikan dokter untuk menghilangkan rasa sakit yang di punggung nya.
"Tidak perlu khawatir Nyonya, pasien hanya perlu beristirahat lebih banyak. Benturan dan pecahan kaca di punggung nya yang mengakibatkan adanya infeksi pada luka tersebut dan itu tidak membahayakan nyawa pasien" jelas dokter.
"Oh syukurlah! Terima kasih dok" lega nya menatap Lexza.
"Sama-sama Nyonya, kalau begitu saya pamit. Permisi"
"Iya" senyum nya
Setelah dokter dan perawat tersebut pergi. Anera duduk di samping ranjang Lexza. Ia menatap wajah cantik Putri nya dan mengusap rambut nya dengan lembut.
"Kamu sekarang udah besar Li. Rasanya waktu begitu cepat, bahkan bunda hampir tidak mengenali mu nak" gumamnya.
Tanpa sadar air matanya menetes. Dia menyesal karena tidak memperhatikan tumbuh kembang Lexza karena tuntutan perkejaan yang mengharuskan nya berpergian ke negera negara orang.
"Bunda sayang banget sama kamu Lexza. Tolong, jangan buat bunda khawatir nak. Kamu satu-satunya harta berharga bunda, kalau sampai kamu kenapa-kenapa bunda ga akan maafin diri bunda sendiri karena lalai ngejagain kamu"
Anera mengecup dahu Lexza lama, bahkan air matanya menetes mengenai wajah anak itu namun segera di hapus karena takut menganggu istirahat anak kesayangan nya.
Di luar, sedari tadi seorang pria memperhatikan kedua nya. Awalnya dia akan menyusul masuk, tapi tertahan karena tidak ingin mengganggu waktu ibu dan anak itu.
Ponselnya bergetar di saku celananya, ia segera melihat ID nya dan mengangkat nya.
Seseorang tengah berbicara dengan nya di ujung sana. Ekspresi nya tidak bisa di jelaskan. Ia menjauh dari ruangan itu ke tempat sepi.
"Saya akan bertanggung jawab atas seluruh biaya pengobatan anak-anak itu! Dan, pastikan saja mereka di keluarkan dari sekolah, jika tidak anda tahu sendiri akibat nya!"
Setelah itu dia menutup panggilan tersebut. Mata nya menatap lurus kedapan sana, kaca tembus pandang rumah sakit itu membuat nya bisa melihat pemandangan di luar sana.
"Berani-berani nya mereka melukai anak ku? Cih! Mereka tidak tahu berhadapan dengan siapa"
Tbc.
Anera Margaretha or Bunda Nera
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession (JL)
Short StoryCERITA LOKAL VERSI JENLISA SO ENJOY TO STORY!!! homopublick ga di ajak! #GxG