13: Witness

434 51 8
                                    

i'm so sorry for everything what happend di chapter 12, aku juga sedih

jangan lupa vote dan komen

happy readings....

oOo

"Apa yang harus kita lakukan sekarang, Ma teyam? bayi kita." Shira sesenggukan. Tubuhnya bergetar.

Shira terus meracau memohon pada Eywa atas kehidupan anaknya. Sampai pada satu titik dimana ia merasa sudah tak ada harapan lagi, Shira berteriak penuh pilu membuat mereka di dalam marui tak kuasa menahan tangis.
Bahkan teriakan itu berhasil membuat air mata yang Neteyam tahan habis-habisan meluncur jatuh karena terdengar begitu menyakitkan.

Saat tangisan yang terasa begitu menyakitkan terdengar ke segala penjuru marui, di tengah keputusasaan itu Shira dapat merasakan bayinya sedikit bergerak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saat tangisan yang terasa begitu menyakitkan terdengar ke segala penjuru marui, di tengah keputusasaan itu Shira dapat merasakan bayinya sedikit bergerak. Rasa putus asa yang tadinya menguasai berangsur-angsur digantikan oleh sebuah harapan besar.

Dengan matanya sendiri Shira melihat bayinya yang diyakini telah meninggal perlahan-lahan mulai bergerak.

"Bayiku?" Shira takut yang ia lihat hanya sebuah halusinasi. Namun suara
tangisan Keenan yang terasa begitu nyata membuat segala keresahan dalam hati Shira luruh dalam sekejap.

Keenan yang telah dinyatakan meninggal kini hidup kembali. Bagaimana mungkin semua itu bisa terjadi?

"Thank you, Great Mother. Thank you."

Ronal segera mengambil alih Keenan dari pelukan Shira, ia mengecek pernafasan dan detak jantungnya yang stabil. Padahal sebelumnya, tanda-tanda kehidupan pun tak ada sama sekali.

Shira menangis pelan, Neteyam segera memeluknya seraya berbisik pelan. "Semuanya akan baik-baik saja, Eywa mendengar doa kita."

"Ronal, apakah mungkin ini terjadi?" Neytiri antara percaya tak percaya melihat cucunya bangkit dari kematian. Namun apapun itu, ia tak berhenti bersyukur kepada Eywa.

"Kejadian ini pernah terjadi puluhan tahun yang lalu, tapi bukan di desa ini. Eywa telah mendengar doa seorang ibu. Melalui pandangannya, ia percaya untuk memberikan kesempatan kedua pada anak ini."

Shira telah berhenti menangis, nafasnya terengah, satu-satunya yang membuatnya kuat untuk duduk karena pelukan Neteyam.

"Bagaimana keadaan bayiku, Ronal?"

"Normal dan sehat." Ronal meminta Tsireya membawakan wadah berisi air bersih yang langsung dituruti oleh putrinya. Dengan penuh hati-hati Ronal membersihkan Keenan dari lumuran darah yang mulai kering.

Sesudah memandikan Keenan, Ronal melapisi tubuhnya dengan kain sutra. Setelahnya ia memberikan bayi itu pada ibunya.

Perasaan emosional kembali menghampiri ketika Shira menatap wajah damai Keenan. Seluruh rasa sakit dalam hatinya seakan luruh sekejap mata.

IN FATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang