15: Peaceful

435 49 19
                                    

okayyyy setelah sekian lama ngilang akhirnya aku balik lagi membawa chapter baruu

apa masih ada yg nungguin?

anyway, happy readings.....

oOo

Suara tangisan terdengar ke seluruh penjuru desa Awa'tlu. Bukan tangisan pilu penuh kesedihan, namun tangisan bayi yang akan menjadi pemimpin desa ini kelak. Menjadikan moment yang paling di nantikan sekaligus menegangkan, tangisan itu berhasil membuat rasa cemas dibenak luruh tak bersisa.

"Telah lahir putra pertama dari Aonung Te Eytsu Tonowari'itan dan Remora Te Demir Kanita'ite, cucu pertama kami, sekaligus calon pemimpin desa ini di masa depan." Dengan penuh rasa bangga Tonowari mengumumkan kelahiran cucu pertamanya.

Malam penuh tantangan telah berakhir, sekarang yang terdengar hanya sorakan bahagia menyambut kelahiran bayi berharga yang lahir dari rahim Remora, putra Aonung.

Aonung membekap Remora ke dalam pelukan hangat, membisikkan kata-kata ungkapan rasa terima kasih atas perjuangannya melahirkan putra mereka. Jejak air mata mulai mengering di pipi Remora, tenaga seolah terkuras habis membuat tubuhnya lemas di dalam dekapan Aonung.

"Ini, berikan pada istrimu." Aonung menyambut wadah berisi air dari Ronal. Dengan hati-hati meminumkan air tersebut pada istrinya. "Sudah cukup." Ucap Remora pelan, Aonung pun meletakkan wadah tersebut ke lantai.

Ronal datang membawa cucunya yang telah dibersihkan. Remora tak kuasa menahan perasaan emosional ketika menyambut bayinya ke dalam pelukan. Tubuhnya yang kecil, wajahnya yang menawan membuat Remora menangis penuh bahagia.

"Dia mirip denganmu, Aonung." Remora tersenyum lebar, matanya tak bosan menatap wajah putranya berlama-lama. Aonung terkekeh pelan, tangannya terangkat mengusap lembut pipi anak mereka yang tak lama setelah itu menguap kecil. Membuat orang tuanya tertawa pelan karena merasa lucu.

"Lihat siapa yang mengantuk." Kekeh Aonung.

"Berikan dia asi." Ronal membantu memposisikan Remora agar bersandar di dinding yang telah dilapisi bantalan. Dengan posisi seperti ini lebih memudahkan Remora untuk menyusui bayinya, karena jika salah posisi dapat menyebabkan bayi tersedak.

"Bagaimana perasaanmu menyusui anak kita pertama kalinya?"

"Mengejutkan dan terasa luar biasa, but this isn't my first time tho."

"Apa!" Aonung mengaga tak percaya karena Remora mengatakan itu santai sekali, tak memperdulikan Ronal yang masih bisa mendengar mereka.

Tidak berlama-lama menyusui, bayi di pangkuannya telah terlelap tidur nyenyak. Remora memindahkan tubuh kecil itu keatas kasur, menaikkan selimut sutra sampai sebatas perutnya.

"Selamat tidur putra kecilku." Remora mencium singkat pipi bayinya. Aonung tersenyum menyaksikan pemandangan yang menurutnya indah itu.

"Ateyo Te Eytsu Aonung'itan."

Remora menatap Aonung penuh keterkejutan, "Bukannya aku kalah dan nama pilihanmu yang terpilih, tapi?" Tatapannya mengisyaratkan penjelasan.

Aonung tersenyum hangat. Tangannya terangkat mengusap lembut pipi sang istri, "Setelah melihat perjuanganmu antara hidup dan mati, aku berubah pikiran begitu cepat. Aku membiarkan kamu menamai anak kita sebagai balas terima kasihku."

"Kamu yang terbaik, Aonung." Remora memeluk Aonung, "Terima kasih." Bisiknya pelan. "Aku berjanji akan menjadi ibu yang adil. Menjadi ibu yang melindungi anak-anak kita dari bahaya." Remora melepaskan pelukan, menatap ke dalam mata Aonung sebiru lautan.

IN FATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang