02: The Forest and The Memory

677 83 10
                                    

aku penasaran kira kira fanfic ini selesai di chapter berapa ya...

ngomong-ngomong, jangan lupa vote ya bestie

happy readings...

oOo

Selepas gerhana berakhir, matahari kembali bersinar terang menyinari pandora. Keluarga sully mempersiapkan keberangkatan menuju Omaticaya. Mengikat setiap barang bawaan ke punggung ikran masing-masing.

"Aonung."

"Hmm..."

"Kita harus bangun."

Keluarga Sully akan memulai perjalanan, namun Aonung tak berniat sama sekali untuk bangun. Remora tak masalah dengan itu, ia bisa saja pergi sendiri tetapi suaminya ini tidur dengan posisi memeluk pinggangnya. Membuat Remora tak bisa pergi kemana pun.

"Mereka akan berangkat sebentar lagi, ku mohon bangun." Remora mendorong pelan bahu Aonung, tetapi pemuda itu tak bergerak sama sekali.

"Aonung?"

"Mora." Aonung melonggarkan pelukan, memindah wajahnya dari lekukan leher sang istri. Di lihatnya Remora yang menatapnya dengan tatapan memohon, "Mereka bukannya pergi selamanya, mereka akan kembali dalam beberapa hari."

"Tetap saja! tidak sopan saat semua orang mengantar kepergian mereka, dan kita malah diam disini."

"Mereka akan mengerti." Aonung kembali mengeratkan pelukannya. Remora bergerak gelisah, memutar otak memikirkan cara agar Aonung segera bangun. Hingga sebuah ide muncul di kepalanya.

"Baiklah, kita akan berbaring saja disini."

"Terdengar bagus." gumam pemuda itu.

"Dengan satu syarat."

Mendengar itu Aonung memundurkan sedikit kepalanya, menatap sang istri dengan tatapan bertanya-tanya.

Remora tersenyum licik, "Mulai malam ini dan beberapa malam ke depan, aku akan menginap di marui Tsireya."

"Tidak!"

"Tidak ada penolakan! itu syaratnya kalau kamu hanya mau berbaring disini bersamaku sekarang." Remora mendelik kecil, enggan menatap Aonung yang sudah memandangnya dengan tatapan marah.

"Silahkan pilih saja, mau tetap berbaring disini tapi aku menginap di marui Tsireya, atau bangun dan ikut bersamak-"

"Baiklah! Baiklah!" Aonung melepaskan pelukannya, Remora tersenyum puas karena ancamannya berhasil.

"Kita keluar sekarang." Aonung bangun dari posisinya, melangkah menuju pintu keluar. Remora terkikik pelan kemudian menghampirinya.

"Kamu suka sekali mengancam menginap di marui Tsireya."

"Intinya tidak, kan?" Remora turun dari marui atas disusul Aonung.

Remora tahu betul kalau Aonung tidak suka setiap kali ia mengancam ingin menginap di marui Tsireya. Pemuda itu sudah terbiasa tidur bersamanya, dan satu malam tanpa Remora di sisinya merupakan mimpi buruk bagi Aonung.

Namun Remora tak bersungguh-sungguh, ia menjadikan ancaman itu sebagai senjata agar Aonung menurut.

Pernah sekali ia menginap bersama Tsireya, Kiri, Shira dan Tuk. Esok harinya ketika pulang, ia mendapati suaminya itu dalam kondisi mata merah karena tidak tidur semalaman.

 Esok harinya ketika pulang, ia mendapati suaminya itu dalam kondisi mata merah karena tidak tidur semalaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IN FATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang