17. Menyesal

291 69 24
                                    

"Selamat pagi!"

Donita yang sedang menyuapi Yafa tersenyum lebar, melihat teman-temannya datang. Kali ini bersama Winda, dan masing-masing anak serta suami mereka. Hingga ruang rawat inap Yafa penuh pagi itu.

"KAKAK AFA!"

Si kembar Raya dan Naya sedikit berlari menuju ranjang yang ditempati Yafa, diikuti Nono di belakangnya.

"Kakak Afa, kata bunda, kakak sakit, ya?" Tanya Raya.

"Kakak sakit apa?" Tanya Naya juga.

Yafa hanya diam, namun matanya tidak lagi kosong seperti beberapa hari yang lalu.

"Kakak demam, ya? Bibilnya putih, kalo putih, belalti sakitnya demam. Kata mommy, kalo demam halus minum obat, telus makan yang banyak." tambah Nono.

"Kalo demam halus disuntik, Nono!" Sahut Raya.

"Enggak! Halus minum obat dulu!" Nono mempertahankan pendapatnya.

"Nono jangan sok tau! Kalo aku sama Laya sakit, ayah sama bunda langsung disuntik tau!" Koreksi Naya.

"Enggak, ih! Olang mommy bilang halus makan banyak, telus minum obat! Nggak disuntik!"

"Ayah sama bundanya Laya kan, doktel! Jadi tau! Kalo ayah sama bundanya Nono kan, bukan doktel, makanya nggak tau!"

"Sama aja!" Sahut Winda menengahi. "Pertama, emang harus makan yang banyak, terus minum obat. Kalo udah makan yang banyak, sama minum obat, tapi nggak bisa sembuh, baru disuntik."

"Kalian kalo mau ngomong harus baik dan pelan-pelan aja. Soalnya kakak Yafa lagi sakit. Nggak perlu berdebat! Ngerti?"

"Iya, mommy." jawab Nono. Sedangkan si kembar itu hanya mengangguk patuh.

"Tian belum datang?" Tanya Jonathan.

"Masih di perjalanan. Semalem, katanya cuaca lagi buruk, jadi delay. Pilotnya nggak mau ambil resiko, daripada nanti ada apa-apa selama perjalanan."

"Halo, Yafara. Masih inget aku, kan?" Sapa Tenesya.

Gadis yang diajaknya bicara itu hanya diam, namun matanya memperhatikan Tenesya.

"Sama aku inget, nggak? Besok-besok kita liburan bareng lagi. Kita ke villa. Kan, sebelumnya udah ke pulau. Kamu harus tau, pemandangan di villanya itu nggak kalah bagusnya. Cantik banget kayak kamu." Hana menambahkan.

Ada perasaan sedih pada diri mereka melihat kondisi Yafa saat ini. Tapi, tentu mereka semua tidak ingin menunjukkannya. Setidaknya, tidak di depan Donita.

"Ayo makan lagi. Kamu baru makan beberapa suap, loh." Donita membujuk.

Yafa hanya mengalihkan pandangannya, yang artinya dia tidak mau.

Kepala Donita menengadah, takut jika air matanya kembali menetes. Shua yang melihat itu, hanya bisa merangkul bahunya.

"Kakak Afa nggak mau makan? Kakak Afa emangnya nggak lapal?" Tanya Nono.

"Kalo olang sakit demam itu, lidahnya pahit, tau!"

"Iya! Katanya, Nono udah pelnah sakit demam, kenapa masih tanya?" Naya membenarkan ucapan kembarannya.

"Olang, aku kalo sakit masih mau makan!"

"Iya, soalnya kamu kalo makan masih disuapi!" Sahut Raya.

"Kakak Afa udah besal, tapi makannya juga disuapi!" Nono tak mau kalah.

"Kakak Afa sakit! Kamu dulu, nggak sakit! Tapi, makannya minta disuapi!" Timpal Naya.

"Sssstttt! Kalian jangan berisik terus! Nanti kakak Yafa terganggu!" Interupsi Marcello.

My Youth (Side Story Miss Independent Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang