16. Bestie

259 66 25
                                    

"Kalo saya bilang, saya adalah orang yang mencelakai Adipati, yang merupakan ayah kandung kamu. Saya adalah orang yang menyabotase kecelakaan yang dia alami, sampai akhirnya dia meninggal. Apa kamu, juga akan menghukum saya?"



Sejenak Arhan merasa terkejut, mendengar pengakuan Tian. Namun, dia berusaha untuk terlihat biasa saja. "Bapak pasti punya alasan kuat, kenapa harus melakukan itu. Saya nggak bisa menentukan segalanya, hanya dari satu sudut pandang saja. Walaupun apa yang bapak lakukan sudah jelas salah." jawab Arhan bijak.

Tian tersenyum miring. "Benar. Kadang aku lupa, kalo masih banyak polisi jujur di luar sana, yang sangat bertanggung jawab dengan pekerjaannya."

"Jujur aja," Arhan menghela nafas berat, "sebenarnya, berat buat saya melakukan hal ini. Dimana, ketika ada seorang tersangka yang sudah jelas-jelas di depan mata, yang sudah mengakui semua perbuatannya, tapi saya justru cuma bisa diam, dan malah tertarik untuk mendengarkan alasannya."

Kedua tangan Tian terlipat di depan dada. Matanya menerawang jauh ke depan, mengingat kembali masa lalu, yang masih terasa menyakitkan hingga sekarang. "Kejadiannya sepuluh tahun yang lalu, saat Yafa berusia delapan tahun."

Yafa.
Hanya mendengar namanya saja, membuat hati Arhan tergelitik ingin tahu kabar gadis itu, dan kepribadiannya lebih dalam dari mulut ayahnya sendiri.

Arhan tercenung, semalam dia memimpikan gadis itu. Tersenyum sangat cantik di depannya, namun detik berikutnya, gadis itu justru menangis. Tidak ada yang bisa ia lakukan di dalam mimpinya, hingga Arhan merasa frustasi, karena tidak tau harus bagaimana, melihat Yafa terus menangis seperti menahan sakit.

"Yafa adalah korban penculikan oleh Adipati."

Arhan menoleh dengan cepat, mendengar penuturan Tian. "Penculikan?"

"Iya. Dia diculik oleh Adipati, lalu ditelantarkan begitu saja, di sebuah gedung kosong selama satu Minggu lamanya. Tidak diberi makan, tidak juga diberi minum. Bisa kamu bayangkan, anak sekecil itu sendirian di sana, tanpa ada siapapun yang tau, dan menolongnya?"

Tanpa Tian sadari, air matanya mengalir. Tiap kali dirinya menceritakan tentang Yafa, hatinya selalu terasa sakit.

"Dan itu semua terjadi, karena kita saling berebut kekuasaan. Dulu, saya adalah orang yang serakah dengan semua harta dan tahta yang saya punya. Tapi, mungkin bukan cuma saya. Namun, hampir semua penerus keraton punya sifat yang sama. Serakah."

Pikiran Arhan kembali mengingat ucapan Yafa tentang dirinya yang tidak pernah punya teman. Namun, gadis itu juga pernah berkata, jika dia sudah bahagia, walaupun berteman dengan teman-teman ibu sambungnya. Usia mereka memang terpaut sangat jauh, namun Yafa justru sangat nyaman bersama mereka, daripada harus bersama orang-orang seumurannya.

"Kita semua mungkin serakah. Tapi, bisa jadi Adipati menginginkan kekuasaan, karena ingin membawa kalian. Bisa jadi, dia ingin kalian berdua diakui sebagai istri dan anaknya oleh para sesepuh dan abdi dalem di keraton. Tanpa peduli, jika dia sudah punya istri yang dipilih oleh para sesepuh. Bisa jadi, itu adalah alasan, kenapa dia menculik Yafa, lalu membuangnya. Karena saat itu, saya adalah orang yang terpilih."

Mata Tian terpejam, mencoba menguatkan hatinya, sebelum kembali melanjutkan. "Selain menculik Yafa, dia juga mencelakai istri, dan calon anak kedua saya, sampai akhirnya mereka meninggal dalam kecelakaan. Itulah kenapa, saya lakukan hal yang sama, seperti yang dia lakukan terhadap keluarga saya."

Arhan semakin terkejut mendengar penuturan Tian. Dia pikir, ayahnya sudah cukup jahat dengan meninggalkan mereka, tanpa bertanggung jawab. Tapi kenyataannya, laki-laki itu juga membunuh orang lain, yang tidak bersalah, agar kemauannya tercapai. Bahkan bayi yang masih ada di dalam kandungan pun, ikut terkena imbasnya. Terlepas dari benar atau tidaknya alasan Adipati, yang ingin ia dan ibunya diakui.

My Youth (Side Story Miss Independent Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang