Bab 4

342 34 0
                                    


Saintess memasuki ruangan Pangeran dan Putri. Ia merasa tidak enak hati atas apa yang terjadi di acara penobatannya. Ia berniat untuk meminta maaf atas peristiwa tersebut. Begitu pintu dibukakan, Putri Althea dan Pangeran sudah duduk di sofa menunggunya.

"Salam kepada Matahari kecil kerajaan." Saintess menunduk hormat sambil memegang gaunnya.

"Kemarilah Saintess." Ajak Althea sambil menepuk sofa dikirinya.

Saintess menempati tempat yang ditunjuk Putri. Berterima kasih dengan canggung. Pangeran yang duduk di hadapan mereka menghembuskan nafas melihat Putri Althea dan Saintess asyik mengobrol.

"Aku senang Saintess kemari." Ujar Althea ramah.

"Kehormatan bagi saya Yang Mulia." Jawab Saintess.

"Oh iya Saintess," suara Pangeran menginterupsi. "Aku sangat berterima kasih karna anda telah menyelamatkan nyawa adik saya."

Saintess mengerjap beberapa kali kemudian menggeleng. "Tidak Yang Mulia. Itu sudah menjadi tugas saya untuk melindungi semua orang. Saya lah yang seharusnya berterima kasih atas kemurahan hati Yang Mulia Pangeran dan Putri. Semua berjalan lancar berkat anda."

"Awalnya saya ragu dengan kemampuan anda. Setelah melihat kejadian ini saya terkesan. Jadi saya menyiapkan sesuatu untuk anda. Anggap saja ini ucapan tulus saya karna anda telah melindungi adik saya dari bahaya." Seorang pelayan di dekat sana mendekat dan menyerahkan sebuah kotak. Saintess menerimanya dengan kaku. Melihat Putri Althea yang mengangguk, Saintess pun membukanya. Kotak itu berisi liontin mutiara.

Saintess tidak bisa menolaknya, apalagi hadiah langsung dari Putra Mahkota. Jantungnya tiba-tiba berdebar. Putra Mahkota tersenyum kecil melihat Saintess. "Apa kau menyukainya?"

"Saya menyukainya, terimakasih Yang Mulia, ini sangat indah." Jawab Saintess lalu menunduk malu.

"Tentu saja Saintess menyukainya kakak. Mutiara ini adalah benda yang didapatkan Kakak saat berlibur di Pantai Barat." Jelas Althea memberikan informasi lebih.

******

Nafasnya terengah-engah, jantungnya berdetak kencang, dan keringat dingin yang keluar di dahinya setelah Alyssa terbangun. Usai bertemu Alyssa asli dalam mimpi, Kiran yang kini berada di tubuh Alyssa seperti melewatkan satu malam tanpa tertidur. Sangat mengantuk dan badannya pegal. Alyssa mengedipkan indra penglihatannya, menoleh ke arah timur, pemandangan langit yang sangat indah dengan air sungai yang bersih meski tempat itu dijuluki kandang monster dan hewan buas.

Alyssa bangkit kemudian meminum air sungai itu sedikit. Tapi Alyssa buru-buru memuntahkannya. Matanya membelalak melihat sungai yang jernih dan tenang itu sangat gelap dipandangannya. Warna energi hitam, merah, dan abu-abu bercampur.

"Nona! Bahaya Nona!" Green tiba-tiba datang ntah darimana.

"Kenapa Green?" Tanya Alyssa yang juga gelisah.

"Ada banyak manusia. Mereka membawa pedang dan kuda, mereka-"

"Tunggu Green!" Potong Alyssa. "Dimana Ghazi?" Mendengar kata kuda Alyssa sadar bahwa ia belum melihat Ghazi sejak membuka mata siang ini. Alyssa berjalan kesana kemari di hamparan tanah tandus, tapi Ghazi tak terlihat dimana pun.

"Kuda itu masih istirahat bersama Nona saat saya pergi. Tapi Nona-"

"Kita harus mencari Ghazi dulu Green." Alyssa menyela.

"Baik Nona." Green terbang mebgikuti Alyssa menyusuri tepi sungai.

"Ghazi!" Alyssa mulai meneriakkan namanya.

Saintess Alyssa : Who Am I? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang