Bab 12

201 14 0
                                    


Musim telah berganti, pedang Fernandez yang tetap maju ke medan perang memenangkan peperangan. Membawa sebuah kabar gembira sehingga perayaan besar-besaran diadakan di Kerajaan Capella.

Semua orang semakin sibuk, setelah perang usai pun mereka terus membuat pertahanan yang kuat dan menjalin hubungan yang baik dengan kerajaan lain. Berita perjodohan putri Roxana Josephine Geilano dari Kerajaan Arbelion di wilayah utara dengan Putra Mahkota Aegis tersebar sangat cepat.

Baik itu di pesta teh, butik, atau salon, mereka membicarakan kecocokan sang Putri dan Pangeran. Hingga saat pesta perayaan kemenangan wilayah barat, mereka membuka tangan menyambut wilayah utara yang awalnya bersikap netral.

Pada pesta dansa, selain merayakan kemenangan, Raja meresmikan perjodohan Roxana dan Aegis.

"Untuk kemenangan kita yang tiada akhir dan bersatunya dua wilayah besar, silahkan mulai pestanya." Ucap Raja diakhir kalimat.

Semua orang di aula dansa tentunya menantikan dansa antara putri Roxana dan pangeran Aegis. Althea memegang tangan kakaknya sambil memberi sinyal lewat tatapannya agar segera mengajak Roxana yang anggun berdansa.

"Saya permisi, Tuan. Saya akan mencari udara segar di luar." Pamit pedang Fernandez yang tidak ingin dikelilingi para bangsawan.

Wilbert mengangguk. "Silahkan."

Dari kejauhan, Wilbert hanya melihat pusat perhatian yang tak segera bergerak. Aegis yang tanpa ekspresi menatap lurus ke depan dimana hanya beberapa langkah di depannya ada Roxana dan tak jauh dari sana ada seseorang yang membuatnya ragu. Bukannya Roxana, Wilbert merasa Aegis menatap Saintess.

Putri Roxana yang tersenyum tipis menunggu tangannya di genggam, Saintess yang terlihat sendu, Putra Mahkota yang ragu, dan Althea yang bersemangat. Orang-orang mulai berbisik, sikap dewasa Althea yang kentara dimata mereka mendapat pujian dari berbagai pihak. Akhirnya Aegis pun meraih tangan Roxana dan berdansa dengannya. Wilbert tak peduli dengan semua orang yang terlintas di pikirannya dan memilih untuk keluar sejenak.

******

Setelah makan malam bersama Alyssa, Andrew kembali ke ruang kerja untuk membahas beberapa masalah di wilayah Armand. Pekerjaannya terasa ringan usai bersenang-senang bersama putrinya. Jette yang telah memberikan nasihat untuk Count pun keluar dari ruang kerja Andrew meninggalkan Tuannya yang juga akan selesai.

"Salam untuk Count Trecia."

Andrew meletakkan kertas dan pena diatas meja. Melihat pemuda yang tak asing berdiri di depan mejanya. Andrew berdiri dan membalasnya dengan salam.

"Salam juga untuk cahaya utara, Yang Mulia calon Putra Mahkota Arbelion." Ucapnya sambil menyilangkan satu tangannya di dada.

William tersenyum. "Gelar putra mahkota bahkan belum di umumkan secara resmi tapi anda sudah menebaknya dengan benar. Orang-orang barat benar-benar sangat berbakat ya."

William sendiri sedikit terkejut Andrew bisa mengetahui bahwa Ratu Utara telah memberikan kuasa penuh untuknya sebagai calon Putra Mahkota yang hanya diketahui segelintir orang. Membuatnya sedikit menaruh curiga kepada Andrew jikalau mungkin ada mata-mata wilayah barat di dekat Ratu.

"Tentu tidak semua berbakat seperti saya, Yang Mulia. Bagaimana bisa saya meragukan anda yang bisa pergi kemana saja dan membantu putri saya sadar dengan kemampuan anda. Bisa dibilang penglihatan saya cukup tajam untuk hal seperti ini." Jawab Andrew dengan percaya diri diiringi perasaan lega dari William.

Andrew kemudian membuka laci meja dan mengambil kotak beludru merah kecil. Lalu memberikannya kepada William. "Saya mengembalikan anting-anting milik anda."

Saintess Alyssa : Who Am I? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang