Bab 14

169 9 0
                                    

"Si-siapa?"

"Ah, maaf. Saya melihat anda dan mengikuti anda. Saya kira ada orang yang mencurigakan." Jawab Wilbert.

Gadis itu mengambil sapu tangan Wilbert kemudian berdiri di dekat Wilbert. Gadis itu lega Wilbert tidak bertanya perihal dirinya yang sedang menangis. "Terima kasih. Saya akan mengembalikan sapu tangan anda. Saya permisi, Duke."

"Tunggu." Ucap Duke membuat gadis itu melihatnya dengan tatapan polos.

"Ada apa Duke?"

"Itu..."

Gadis itu melebarkan kedua matanya seolah bertanya apa yang ingin ditanyakan Duke Fernandez padanya. Wilbert mengusap sebentar dahinya lalu melihat gadis dihadapannya.

"Saya tidak tau kenapa tapi di wajah anda ada merah-merah di pipi dan sedikit menggumpal."

Sang gadis sontak menutup kedua pipi dengan kedua tangannya lalu berjalan menuju air mancur yang ada di dekat sana. Wilbert mengambil sapu tangan yang jatuh dari tangan gadis itu kemudian mengikutinya. Perempuan itu becermin di air namun tidak bisa melihat jelas kondisi wajahnya karna penerangannya kurang.

"Bagaimana ini? Saya tidak bisa kembali ke pesta atau pulang ke kuil. Semua orang pasti akan melihat saya." Ucapnya khawatir.

"Memangnya apa itu?" Tanya Wilbert.

"Itu Duke... saya memakai kosmetik. Karna saya menangis jadi bubuk kosmetiknya berantakan."

"Hahahaha. Saintess, anda seharusnya bilang kalau anda memakai perona pipi." Wilbert tertawa sambil memegangi perutnya.

Saintess merengut. "Saya kan lupa namanya. Pokoknya itu dia maksud saya."

Wilbert tersenyum seolah menahan tawa membuat Saintess sedikit sebal. "Lalu bagaimana? Lebih baik anda menghapusnya."

"Saya butuh cermin tapi saya tidak membawanya. Disini juga terlalu gelap." Ucap Saintess sambil melihat Duke di depannya.

Sedangkan di dalam istana, Althea ingin sekali keluar dari kerumunan para bangsawan. Ia menarik Roxana dan Aegis diam-diam dan mengajak mereka ke balkon untuk menghirup udara segar.

"Terima kasih Putri. Akhirnya kita bisa istirahat sejenak disini." Ucap Roxana sambil membawa segelas wine tanpa alkohol.

Althea tersenyum lebar. "Saya sangat sesak di sana. Disini pemandangan bintangnya indah dan kami juga punya taman yang cantik. Bagaimana kalau esok anda minum teh di taman bersama kami? Pasti menyenangkan. Iya kan kak?"

Althea dan Roxana bingung melihat Aegis yang diam termenung. Mereka mengikuti arah pandang Aegis yang lurus ke taman.

"Oh! Bukankah itu pedang Fernandez yang terkenal?" Ucap Roxana menunjuk Komandan dan Wilbert yang berdiri tidak jauh dari air mancur taman.

******

Seorang pelayan menyediakan makan malam di kediaman Trecia.

"Oh iya, Lisa. Ayah lihat ada banyak bunga yang dipindahkan ke kamarmu. Apa Lisa manis ini sangat menyukai bunga?" Tanya Andrew yang duduk tak jauh dari Alyssa.

"Saya tidak terlalu menyukai bunga. Saya mendapatkannya dari Wilbert." Jawab Alyssa mengubah sedikit ekspresi Andrew.

"Duke muda itu sepertinya tidak tau kesukaanmu ya." Canda sang Ayah. "Nanti Ayah akan minta pelayan memindahkan bunganya ke kebun. Lebih baik diurus oleh tukang kebun kita daripada menumpuk di kamarmu, bukan?"

Saintess Alyssa : Who Am I? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang