Bab 9

274 20 1
                                    

Althea dan Aegis membuka surat yang mereka terima. Di akademi, setiap bulan para siswa akan menerima surat dari orang yang ingin menanyakan kabar seperti keluarga, kerabat atau teman.

Tentu saja mereka mendapat banyak surat. Dari pihak kerajaan, dari komandan kerajaan, atau dari kerabat jauh yang ingin mendekati mereka lewat jalur ini. Sungguh mengesankan kerabat dan orang tidak dikenal pun ikut mengirim surat supaya nama mereka diingat.

Tapi siswa akademi sendiri dilarang berkomunikasi dengan pihak luar sesuai peraturan.

"Wah dari Alyssa! Kakak menerima surat dari Saintess?" Althea berseru senang membuat siswa lain yang mendengarnya pun tertarik.

"Saintess mengirim surat untuk mereka."
"Astaga ternyata mereka sangat dekat."
"Itu Saintess yang punya kekuatan suci itu kan?"

Bisik-bisik yang sangat terdengar jelas membuat Aegis menggeleng heran. Ia membuka suratnya. Surat itu berisi tentang bagaimana kabar Aegis dan Althea selama di akademi, Saintess pun menyelipkan kata semangat dan saran agar mereka makan dengan teratur. Sepucuk bunga peony putih dikirimkan di dalam suratnya.

"Dia sangat manis." Gumam Aegis.

"Tentu saja kakak. Saintess memang sangat baik. Bukankah aku juga manis?" Celetuk Althea.

"Kamu juga manis, adik." Jawab Aegis tanpa mengalihkan tatapannya dari surat yang barusan ia baca.

******

(Mana : energi sihir yang berasal dari alam atau didalam tubuh manusia

Pemuda rambut perak menarik nafasnya dalam-dalam, saat membuka mata ia sudah berada di dalam kamar sang gadis. Dengan sebuah pedang yang menahan lehernya, serangan pedang Fernandez tentunya sangat sunyi dan mencekam. Hembusan nafasnya saja bisa dibaca padahal ia sudah melakukan teleportasi terbaiknya.

Sebentar lagi matahari akan terbit, tapi sebagai seorang komandan dan Count di kerajaan Andrew harus kembali ke pekerjaannya dan meninggalkan Alyssa sampai malam tiba. Namun seorang anak laki-laki sepantaran putrinya tiba-tiba muncul.

Andrew yakin pemuda yang berdiri di sampingnya adalah penyihir. Kehadirannya hampir tidak terasa. Andrew harus bergerak cepat mendekati jendela untuk membekuk pemuda ini.

Pelayan atau pengawal akan langsung datang jika ia berteriak. Namun pemuda itu buru-buru bersuara.

"Bisakah anda merahasiakan kedatangan saya?" Ucapnya. "Saya bermaksud membangunkan putri tidur itu."

"Bagaimana bisa aku membiarkan penyihir sepertimu menyentuh putriku. Kau benar-benar ingin mati ditanganku rupanya." Jawab Andrew membuat pemuda yang memakai jubah itu membuka tudungnya dengan angin yang ia ciptakan.

"Ternyata ini orang tuamu ya." Batin sang pemuda.

"Saya sungguh-sungguh, Tuan. Bukankah anda merasa putus asa karna tidak ada yang bisa membuatnya bangun? Hanya saya salah satu kemungkinan yang bisa membangunkannya."

Melihat rambut perak pemuda itu, Andrew makin yakin kalau dialah penyihir laki-laki dari Utara.

"Cih. Yang sudah membuat putriku seperti itu adalah penyihir. Meski aku tidak ada bukti, aku akan melakukan segalanya agar sifat busukmu itu keluar."

Andrew mendengar pernyataan dari Duke yang mengatakan bahwa penyihir terlibat dalam kasus ini namun mereka memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam tanpa campur tangan orang lain yang mungkin bekerja sama dengan penyihir. Andrew tetap kukuh dengan perkataannya. Namun dalam hati kecilnya terbersit pikiran kalau ia juga ingin putrinya bisa menerima bantuan dari penyihir, satu-satunya harapan di kerajaan.

Saintess Alyssa : Who Am I? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang